Apa Itu AIDS? Yuk Simak Selengkapnya
Sobat Granostic, kasus HIV/AIDS di Indonesia masih tinggi, serta tidak hanya terjadi pada orang dewasa namun juga pada anak-anak dan remaja? Lantas memang apa itu AIDS, bagaimana ciri-ciri, penularan, dan cara mengatasinya?Melansir dari rilisan resmi Komnas HAM pada Oktober lalu, kasus HIV pada anak-anak usia 1-14 tahun mencapai 14.150 kasus. Angka ini dikatakan bertambah setiap tahun sebesar 700 hingga 1.000 anak dengan HIV/AIDS.Namun secara umum, melansir dari berbagai sumber resmi dari laman Dinas Kesehatan di berbagai wilayah Indonesia, jumlah estimasi ODHIV hidup tahun 2024 di Indonesia ada sekitar 503.201 orang.Jumlah ini tentu tidak bisa diabaikan, infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang tidak segera mendapatkan penanganan, akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut sebagai AIDS. Dampak AIDS sendiri sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan hidup, karena dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko kanker, hingga kematian.Nah, menyimak betapa besar dampak AIDS pada kualitas hidup ini, sangat penting bagi Anda untuk memahami pengertian AIDS, penyebab, cara penularan, ciri-ciri dan gejala, hingga pencegahannya.Berikut penjelasan lengkap soal AIDS dari klinik Granostic, baca sampai habis ya Sobat Granostic!Pengertian AIDSSindrom imunodefisiensi atau Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kondisi kronis yang disebabkan oleh infeksi virus HIV. Dengan kata lain, menurut Cleveland Clinic, AIDS merupakan tahap akhir dan paling serius dari infeksi HIV.Menurut Mayo Clinic, HIV akan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh kurang mampu melawan infeksi dan penyakit. Jika HIV tidak diobati, perlu waktu bertahun-tahun sebelum sistem kekebalan tubuh menjadi lemah hingga menjadi AIDS.Seseorang dengan AIDS memiliki jumlah sel darah putih tertentu yang sangat rendah, serta mengalami sistem kekebalan tubuh yang rusak parah. Meski belum ada obat untuk bisa menyembuhkan HIV/AIDS, namun kini telah banyak pengobatan dan perawatan yang bisa diberikan untuk mengontrol infeksi dan mencegah penyakit bertambah parah. Selain itu, penerapan terapi antivirus untuk HIV ini juga terbukti telah mengurangi kematian akibat AIDS di seluruh dunia. Penyebab dan Penularan HIV/AIDSSeperti yang telah dijelaskan sebelumnya, AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. Virus ini bisa menular pada orang dewasa hingga anak-anak dengan metode penularan berikut ini:1. Hubungan Seksual yang Tidak AmanSalah satu penyebaran atau penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan seksual yang tidak aman, misalnya sering bergonta-ganti pasangan dan tidak menggunakan pengaman.Sebab cairan tubuh seperti sperma dan vagina, dan darah juga bisa membawa virus HIV. Namun, menurut World Health Organization (WHO) Anda tidak akan tertular HIV melalui kontak biasa seperti berciuman, berpelukan, berpegangan tangan, atau bertukar benda-benda pribadi, berbagi makanan atau minuman.2. Berbagi Jarum SuntikMenurut WHO, HIV dapat ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh pengidap HIV, termasuk darah. Karena itu, saat berbagi jarum suntik dengan pengidap HIV, Anda juga berkemungkinan besar dapat tertular virus tersebut.Karena itu, saat akan mendapatkan tato atau melakukan perawatan kulit di klinik, pastikan untuk mengecek keamanan prosedurnya, dan pastikan mereka selalu menggunakan alat-alat medis yang baru untuk setiap orang.3. Transfusi DarahPenularan HIV juga dapat terjadi ketika seseorang mendapatkan transfusi darah dari pengidap, misalnya lewat donor darah. Kondisi ini dapat terjadi ketika seseorang tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap HIV.Apalagi gejala-gejala HIV/AIDS di awal sangatlah umum, bahkan melansir dari berbagai sumber, gejala awal HIV/AIDS bisa sangat mirip dengan flu biasa.Transfusi darah dari pengidap HIV ini akan menyebabkan virus menyebar pada tubuh penerima, yang akhirnya juga akan menginfeksi salah satu sel di dalam sel darah putih, yakni sel T atau CD4.4. Ibu hamil yang Terinfeksi HIVSeperti yang telah kita singgung pada awal artikel ini, bahwa kasus HIV/AIDS pada anak-anak di Indonesia cukup tinggi, dari rentang usia 1 hingga 14 tahun. Salah satu faktor penyebabnya adalah penularan HIV dari ibu hamil kepada bayi yang dikandung atau dan disusuinya.Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), fenomena ini disebut dengan penularan perinatal. Di mana HIV dapat menular ke bayi selama kehamilan, persalinan, dan menyusu ibu. 5. Paparan Luka Terbuka.Luka terbuka pada kulit bisa menjadi pintu masuk virus HIV ke dalam tubuh. Hal ini terjadi ketika luka terbuka tersebut terpapar sperma, cairan vagina, ataupun darah dari penderita HIV.Menurut CDC, risiko penularan HIV lewat seksual dapat terjadi karena virus dapat memasuki tubuh melalui luka atau bisul pada alat kelamin, mulut, maupun tenggorokan Anda.Selain itu, CDC juga menyebutkan bahwa Anda tidak akan tertular HIV dari aktivitas biasa, yang tidak melibatkan kontak dengan cairan tubuh (darah, asi, cairan vagina, dan sperma) seperti berpelukan atau berjabat tangan. HIV juga tidak dapat bertahan lama di luar tubuh manusia, serta tidak dapat berkembang biak di luar tubuh manusia.Ciri-Ciri AIDSMelansir dari Indonesia Journal of Nursing Science and Practice, kebanyakan pengidap HIV tidak menunjukkan gejala pada awal masa infeksi. Namun, beberapa orang dapat mengalami gejala ringan yang mirip dengan flu, dalam kurun waktu satu atau dua bulan setelah infeksi.Namun, gejala dapat timbul setelah HIV berkembang menjadi AIDS, yang umumnya 10 tahun setelah infeksi atau bahkan dapat lebih lama lagi. Berikut ini beberapa ciri AIDS yang perlu Anda tahu.1. Penurunan Berat Badan secara Drastis Seorang penderita HIV/AIDS dapat menunjukkan gejala penurunan berat badan secara drastis. Kondisi ini seringnya disebut sebagai HIV wasting syndrome, yang umumnya disertai dengan diare atau lemas dan demam yang berlangsung lebih dari 30 hari.Menurut Healthline.com, penurunan berat badan pada pengidap HIV/AIDS ini dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti infeksi oportunistik, asupan makanan dan gizi yang berubah, perubahan metabolisme dan hormon, efek samping pengobatan, hingga kondisi kesehatan mental.2. Demam BerkepanjanganDemam merupakan salah satu gejala yang sangat umum timbul sebagai efek dari infeksi virus, termasuk HIV/AIDS. Gejala ini juga sering terjadi pada awal penularan HIV.Menurut Medical News Today, saat seseorang tertular HIV, sistem kekebalan tubuhnya merespons dengan menciptakan antibodi untuk mempertahankan diri. Tahap infeksi HIV akut ini dikenal dengan istilah "serokonversi".Ciri-ciri HIV/AIDS ini dapat muncul sejak dua hingga enam minggu setelah Anda terinfeksi, yang dapat terjadi lagi pada beberapa tahun kemudian. Menurut Healthline.com, demam ini bisa berlangsung cukup panjang, hingga 30 hari.Keringat malam berlebihan.Ciri-ciri AIDS selanjutnya adalah keringat malam berlebihan, yang juga dapat terjadi selama masa awal infeksi HIV. Keringat malam atau hiperhidrosis saat tidur ini berbeda dengan keringat biasa, dimana Anda merasa kepanasan karena cuaca atau suhu udara. Selain itu, keringat yang keluar juga bisa sangat berlebihan, hingga membuat pakaian dan tempat tidur Anda menjadi basah. Hal ini bisa membuat tubuh Anda menjadi menggigil dan kedinginan, karena tidur dalam kondisi basah karena keringat.Baca Juga: Perbedaan HIV dan AIDS: Mitos, Fakta, dan Pentingnya Tes HIV3. Kelelahan Ekstrem Ciri-ciri AIDS selanjutnya adalah kelelahan dan rasa lemas, bahkan saat Anda hanya melakukan aktivitas ringan. Kelelahan ekstrim ini juga dapat disertai dengan sakit kepala, rasa nyeri dan pegal pada otot maupun sendi.Diare kronis Diare juga dapat terjadi pada seorang yang mengidap HIV/AIDS. Kondisi ini dapat terjadi karena berbagai hal, termasuk karena efek samping pengobatan HIV/AIDS, stress atau kecemasan, kerusakan usus akibat HIV, hingga infeksi oportunistik.Biasanya, diare terjadi saat seseorang mengalami masalah pada proses pencernaan dan penyerapan makanan pada saluran cerna. Bagi seorang pengidap HIV/AIDS, diare bisa jadi lebih parah dan kronis, yang akhirnya membawa berbagai komplikasi Kesehatan lainnya.Infeksi kulitSalah satu ciri-ciri AIDS selanjutnya adalah timbulnya infeksi atau penyakit kulit yang tidak diketahui penyebabnya. Kondisi ini sering kali muncul pada masa awal infeksi HIV, namun tidak semua orang mengalami ruam atau penyakit kulit ini.Ruam karena HIV/AIDS dapat dikenali dengan ciri-ciri:Terjadi pada area tubuh yang rata dan luas, seperti punggungTampak kemerahan dan ada bintik-bintik kecilTerasa gatal atau nyeriSeringnya datang bersamaan dengan gejala seperti fluRuam HIV ini umumnya muncul di dua hingga enam minggu pertama setelah Anda terpapar virus, yang kemudian kan hilang dalam Waktu satu atau dua minggu.Ruam ini dapat menyebar luas di badan dan wajah, namun juga bisa muncul di tangan dan kaki.Infeksi oportunistikInfeksi oportunistik sangat umum terjadi pada pengidap AIDS, yang bahkan dapat menyebabkan kematian pada kebanyakan pada pengidap AIDS.Menurut National Library of Medicine, infeksi oportunistik merupakan infeksi yang lebih umum dan parah pada orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti pengidap HIV.Gejala HIV dan AIDSTelah kita singgung sebelumnya, bahwa HIV memerlukan waktu sekian tahun hingga berkembang menjadi AIDS. Sehingga penanganan dan pengobatan sedini mungkin terhadap pasien yang terinfeksi HIV sangatlah penting.Karena itu, kenali berbagai gejala HIV dan AIDS berdasarkan tahapan penyakitnya berikut ini:1. Tahap Awal Infeksi HIV (1-6 minggu setelah terinfeksi)Pada tahap awal infeksi HIV, yang terjadi pada satu hingga enam minggu setelah terinfeksi, seseorang dapat mengalami beberapa gejala seperti flu. Beberapa gejala yang dimaksud antara lain:Demam ringanDemam merupakan salah satu gejala yang sangat umum terjadi saat tubuh terinfeksi virus atau bakteri. Begitupun saat seseorang terinfeksi HIV, maka sistem imun tubuh akan bereaksi pada virus tersebut dan menyebabkan berbagai gejala peradangan pada tubuh, seperti demam.Gejala ini dapat muncul pada minggu kedua hingga keenam setelah terinfeksi, yang kemudian akan mereda. Ketika pasien tidak mendapatkan perawatan yang tepat sedini mungkin, demam ini dapat datang kembali di masa mendatang.Sakit kepalaSelain demam ringan, sakit kepala juga termasuk dalam gejala awal infeksi HIV. Kondisi ini juga terjadi sebagai bentuk respon sistem imun terhadap HIV, yang kemudian membentuk inflamasi. Sakit kepala yang dirasakan pasien bisa cukup beragam, dari ringan hingga sangat mengganggu.Sakit tenggorokanSakit tenggorokan juga bisa menjadi gejala awal infeksi HIV. Kondisi ini dapat timbul dengan berbagai gejala lain seperti demam, sakit kepala, lemas dan kelelahan ekstrem, hingga nyeri otot dan sendi.Nyeri otot dan sendiGejala lain yang muncul pada masa awal infeksi HIV adalah nyeri otot dan sendi. Melansir dari WebMD.com, nyeri otot dan sendi sering kali menjadi gejala awal infeksi HIV. Rasa nyeri ini dapat berlangsung sebentar, lalu hilang selama bertahun-tahun.Selain itu, HIV juga dapat masuk ke dalam cairan di sendi dan memicu reaksi nyeri. Di sisi lain, HIV juga dapat memperparah nyeri, peradangan, atau kerusakan sendi jangka Panjang.Ruam kulitGejala awal infeksi HIV juga dapat memunculkan gejala ruam kulit, yang umumnya terjadi pada wajah atau badan penderita. Ruam-ruam ini bisa muncul secara mendadak, tanpa alasan yang jelas.Ruam juga dapat disertai dengan gejala kemerahan, nyeri dan gatal, yang bertahan selama beberapa waktu hingga kemudian hilang.2. Tahap Laten (Tahap Tanpa Gejala)Tahap kedua infeksi HIV adalah infeksi kronis, yang juga disebut sebagai tahap laten. Dalam tahap ini, virus HIV terus berkembang biak dalam tubuh, namun pada tingkat yang sangat rendah.Seseorang dengan infeksi HIV laten mungkin tidak menunjukkan gejala khusus. Tanpa mendapatkan terapi antiretroviral, infeksi HIV laten dapat berkembang menjadi AIDS dalam jangka waktu 10 tahun atau lebih, meskipun pada beberapa orang bisa jadi lebih cepat.Sementara itu, jika mendapatkan terapi yang diperlukan, tahap laten akan berjalan lebih lama sehingga menghambat perkembangan menuju AIDS. Meski begitu, pasien dalam kondisi laten ini juga masih mungkin untuk menularkan HIV ke orang lain. Namun seseorang yang menjalani terapi dengan tepat dan benar-benar sesuai anjuran dokter, serta dapat mempertahankan viral load yang tidak terdeteksi secara aktif, tidak memiliki risiko menularkan HIV ke pasangan yang HIV-negative melalui hubungan seks.3. Tahap AIDSAIDS, disebut juga sebagai third stage, merupakan tahapan terakhir dari infeksi HIV. Karena HIV telah merusak sistem kekebalan tubuh secara parah, sehingga tidak dapat melawan infeksi oportunistik.Berikut ini beberapa gejala yang terjadi pada tahap AIDS:Penurunan berat badan ekstremSeseorang yang didiagnosis dengan AIDS umumnya menunjukkan gejala penurunan berat badan yang ekstrim. Ada banyak hal yang menyebabkan penurunan berat badan ini, termasuk pengobatan, perubahan hormon dan metabolisme tubuh, infeksi oportunistik, dan banyak lainnya.Infeksi berulang, seperti pneumonia atau tuberkulosisSeseorang dengan AIDS juga memiliki sistem imun yang sangat buruk, karena itu mereka cenderung mudah untuk terus mengalami infeksi oportunistik yang terjadi secara berulang, seperti pneumonia atau tuberkulosis.Infeksi kulit yang parahPengidap AIDS juga bisa mengalami infeksi kulit yang parah. Kondisi ini terjadi karena daya tahan tubuh rusak karena infeksi HIV, yang kemudian menyebabkan berbagai masalah kulit seperti ruam-ruam, herpes zoster, ataupun kandidiasis.Kanker tertentu, seperti sarkoma Kaposi atau limfomaPengidap AIDS juga sangat rentan terhadap kanker, misalnya sarkoma kaposi atau limfoma. Menurut WebMD.com, sarkoma kaposi adalah sejenis kanker yang tumbuh di lapisan pembuluh darah dan pembuluh limfa. Sel-sel tersebut dapat membentuk tumor pada kulit dan mulut, hidung, mata, dan anus. Nah, Sobat, sel tumor ini muncul di kulit sebagai bercak ungu, cokelat, atau merah, yang juga disebut sebagai lesi.Cara Mengatasi HIV dan AIDSSetelah memahami gejala-gejala pada tahap awal infeksi HIV hingga AIDS, Anda juga perlu mengetahui bagaimana sih cara mengatasi HIV dan AIDS.Meskipun tidak ada obat spesifik untuk mengatasi virus HIV dalam tubuh, namu pengobatan dan perawatan dapat dilakukan untuk mencegah virus berkembang dari laten menjadi AIDS.Berikut ini beberapa cara mengatasi HIV dan AIDS tersebut:1. Terapi Antiretroviral (ART)Terapi antiretroviral (ART) merupakan pengobatan menggunakan kombinasi obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi kadar HIV dalam tubuh pasien. Pengobatan ini dapat membantu mengurangi kadar HIV dalam tubuh, sehingga tubuh dapat memproduksi lebih banyak sel CD4. Hal ini membantu menjaga sistem kekebalan tubuh jadi lebih sehat, sehingga tidak membuat Anda mudah terkena infeksi serius saat sedang mengidap HIV.Pengobatan ART menggunakan berbagai cara untuk menghentikan HIV masuk ke dalam sel dan berkembang biak. Pasien pengidap HIV umumnya akan diresepkan kombinasi dua hingga empat yang bekerja dengan cara berbeda untuk mengurangi kadar virus dalam tubuh.Jika viral load Anda cukup rendah, tes tidak akan dapat mendeteksi HIV dalam darah pasien HIV.2. Pengobatan Infeksi OportunistikLangkah pengobatan selanjutnya adalah untuk mengatasi HIV dan AIDS adalah dengan mengobati infeksi oportunistik, yang timbul karena sistem imun Anda menjadi lemah akibat infeksi virus.Pengobatan infeksi oportunistik pada penderita HIV pun disesuaikan dengan mikroorganisme penyebabnya. Perencanaan pengobatan infeksi oportunistik ini juga sangat penting dilakukan dengan pengawasan dari dokter.3. Konseling dan Dukungan PsikologisSaat mengalami infeksi menular seksual (IMS), seseorang juga sangat rentan mengalami stres dan depresi, termasuk saat mengidap HIV/AIDS. Proses pengobatan yang tidak sebentar, dampak pada kesehatan dan kehidupan sangat besar, serta stigma negatif di masyarakat, bisa memberikan pukulan besar pada mental pasien.Menurut WHO, gangguan kesehatan mental dapat memengaruhi kesehatan secara umum dan kepatuhan dalam prosedur perawatan obat ART, yang akhirnya mengganggu proses pengobatan. Karena itu, pasien HIV/AIDS juga bisa melakukan konseling dan dukungan psikologis dari profesional untuk mencegah serta mengatasi tekanan selama pengobatan HIV.4. Pemeriksaan RutinSetelah terinfeksi HIV, sistem imun dalam tubuh bisa menjadi lebih lemah dan rentan terserang infeksi oportunistik. Karena itu, pemeriksaan rutin sangatlah penting untuk memantau kondisi pasien HIV dan mendeteksi dini adanya infeksi oportunistik pada tubuh pasien.Pencegahan HIV dan AIDSHIV memang bersifat menular, namun bukan berarti Anda tidak bisa menghindari penularannya sama sekali. Justru Anda dapat menerapkan beberapa kebiasaan berikut sebagai upaya pencegahan HIV dan AIDS berikut ini:Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual.HIV seringnya ditularkan dari aktivitas seksual yang tak sehat, seperti sering bergonta-ganti pasangan dan tidak menggunakan pengaman (seperti kondom). Virus HIV tidak ditularkan hanya dari sentuhan, namun dari masuknya cairan tubuh (darah, sperma, cairan vagina) pengidap HIV pada tubuh Anda.Menurut CDC HIV dapat masuk ke dalam tubuh melalui lubang anus (rektum), uretra dan kulup penis, luka atau bisul pada kelamin, hingga jaringan yang melapisi vagia dan leher rahim.Hindari berbagi jarum suntik atau alat suntik.Selanjutnya, Anda juga harus menghindari untuk menggunakan obat-obatan terlarang, khususnya dengan berbagi jarum injeksi dengan orang-orang lain. Jarum suntik dapat menjadi penghantar virus HIV, sebab mungkin terdapat bekas darah orang lain pada alat injeksi tersebut.Selain itu, Anda juga harus mewaspadai saat ingin mendapatkan tato ataupun melakukan perawatan kulit, yang memungkinkan adanya tindakan injeksi atau yang menimbulkan luka. Pastikan bahwa tempat Anda melakukan hal-hal tersebut terpercaya, serta selalu mensterilkan dan menggunakan alat injeksi yang baru. Lakukan tes HIV secara rutin, terutama jika Anda memiliki faktor risiko.Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, seseorang bisa saja tidak menyadari dirinya terkena HIV karena gejala awalnya yang menyerupai flu, atau bahkan tidak bergejala sama sekali.Karena itu, jika Anda merasa aktif secara seksual sebaiknya lakukan tes HIV secara rutin untuk mendeteksi dini adanya kemungkinan infeksi. Selain aktif secara seksual, faktor risiko HIV lainnya adalah:Mengidap penyakit IMS lainnya seperti herpes, klamidia, gonore, sifilis, hingga vaginosis bakterialis.Setelah mendapatkan suntikan, transfusi darah, atau berbagai prosedur medis lainnya yang tidak steril.Pemakai NAPZABekerja sebagai petugas kesehatan.Ikuti terapi pencegahan HIV (PrEP) jika Anda berisiko tinggi terinfeksi.Selain melakukan tes secara rutin, Anda juga bisa mengikuti terapi pencegahan HIV (PrEP) jika Anda termasuk orang dengan risiko tinggi terinfeksi. PrEP atau Pre-exposure prophylaxis merupakan kombinasi obat antiretroviral yang dapat mengurangi risiko infeksi HIV. Menurut Hiv.gov, PrEP dapat mengurangi risiko tertular HIV melalui hubungan seksual hingga 99% jika diminum sesuai resep.Sementara di antara pengguna narkoba, PrEP dapat mengurangi risiko setidaknya 74% jika diminum sesuai resep. Namun, PrEP akan jadi tidak begitu efektif bila pengobatannya tidak diminum secara konsisten.Hindari penggunaan narkoba suntik.Langkah selanjutnya hindari penggunaan narkoba, khususnya suntik. Selain memberikan dampak buruk pada kesehatan secara umum, narkoba suntik yang digunakan secara bergiliran, tentu akan membuat risiko penularan HIV jadi semakin besar.Ibu hamil dengan HIV harus berkonsultasi dengan dokter untuk mencegah penularan ke bayi.HIV juga dapat menginfeksi bayi, anak-anak, dan remaja. Kondisi ini seringnya ditularkan oleh ibu ke anak, baik saat mengandung, melahirkan, hingga menyusui. Karena itu, sebagai upaya pencegahan, ibu hamil harus terus berkonsultasi dengan dokter untuk mencegah penularan pada bayi. Dokter bisa memberikan saran pengobatan dan perawatan, yang bisa dipraktikkan oleh ibu hamil selama perawatan dan pengobatan HIV.Pemeriksaan HIV di Granostic SurabayaNah, Sobat Granostic, Anda dapat melakukan pemeriksaan HIV di klinik Granostic Surabaya, loh. Ada banyak keuntungan yang akan Anda dapatkan, mulai dari pemeriksaan yang menyeluruh, privasi terjamin, hingga layanan kesehatan terpadu.Kenapa Memilih Granostic?Pemeriksaan tepat dan akuratSetiap melakukan pemeriksaan HIV di klinik Granostic, Anda akan melalui proses yang sesuai dengan standar dan dilakukan secara menyeluruh. Mulai dari pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital, pemeriksaan laboratorium, dan sebagainya.Melalui pemeriksaan lengkap ini akan didapatkan hasil yang tepat dan akurat. Sehingga dokter dapat memberikan diagnosis, perencanaan perawatan dan pengobatan yang dibutuhkan.Privasi pasien terjamin.Klinik Granostic juga berkomitmen untuk menjaga privasi pasien, termasuk hasil pemeriksaan HIV yang Anda lakukan. Jadi Anda dapat melakukan perawatan dan pengobatan dengan rasa nyaman serta aman.Konsultasi dokter yang berpengalamanKlinik Granostic juga memiliki tim dokter dan tenaga medis berpengalaman di bidangnya. Sehingga setiap prosedur pelayanan dan pemeriksaan kesehatan akan dilakukan secara profesional.Anda dapat mendiskusikan berbagai pertanyaan terkait infeksi HIV, mulai dari faktor risiko, pencegahan, pengobatan, ataupun keresahan lainnya bersama dokter kami.Selanjutnya, dokter dapat memberikan edukasi yang dibutuhkan dengan serinci mungkin. Dokter juga bisa membantu memberikan rencana pemeriksaan, perawatan, dan pengobatan yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.Layanan vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan Salah satu keunggulan lain yang bisa Anda dapatkan dengan tes HIV rutin di klinik Granostic adalah layanan vaksinasi serta pemeriksaan kesehatan yang terpadu. Dengan begitu, penanganan yang diberikan juga akan jadi lebih lengkap dan Anda bisa melakukan pengobatan dengan nyaman.Beberapa vaksinasi yang disediakan oleh Granostic misalnya:Vaksinasi HPV Gardasil 4 dan 9Vaksinasi Hepatitis Bdan vaksin lainnya yang sobat granostic butuhkanWell, Sobat Granostic, kami dapat memberikan kemudahan untuk Anda dalam melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan cek HIV di klinik kami. Selain itu, Anda juga bisa berobat dengan aman dan nyaman bersama dokter berpengalaman kami, karena Granostic bisa menjamin kerahasiaan data kesehatan Anda dengan baik.Tertarik untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan cek HIV di klinik Granostic? Langsung hubungi layanan call center Granostic atau klik tombol WhatsApp di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.Ditinjau Oleh: Dr. Aji Wibowo Sumber Referensi:HIV & AIDS. Cleveland Clinic. Diakses 2025About HIV. CDC. Diakses 2025HIV and AIDS. WHO. Diakses 2025HIV and AIDS. NHS UK. Diakses 2025What to know about a fever and HIV. Medical News Today. Medically reviewed by Avi Varma, MD, MPH, AAHIVS, FAAFP. Diakses 202511 Signs of HIV to Know. Verywell Health's. Medically reviewed by Anju Goel, MD. Diakses 2025HIV and Cancer: What is the Link?. Health of New York State. Diakses 2025HIV/AIDS, Fenomena Gunung Es yang Belum Berakhir. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses 2025PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN PENGOBATAN ANTIRETROVIRAL (ARV) PADA PASIEN HIV/AIDS. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta, Indonesia. Annisa Septiani Aresta , Wati Jumaiyah1. Diakses 2025