Apa Saja Ciri-Ciri Obesitas yang Perlu Diwaspadai? Disini Selengkapnya
Tahukah Sobat, obesitas tak hanya berhubungan dengan kecantikan atau kosmetika. Lebih dari itu, obesitas juga diartikan sebagai masalah kesehatan yang kompleks dan melibatkan kelebihan berat badan. Namun, tak banyak orang yang mengetahui ciri-ciri obesitas dan dampaknya pada kesehatan mereka.Melansir dari Cleveland Clinic, obesitas digolongkan sebagai masalah medis yang dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Masalah Kesehatan yang dimaksud misalnya penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, penyakit hati, sleep apnea, hingga kanker tertentu.Meski memiliki dampak yang sangat signifikan pada kesehatan, banyak dari kita yang belum bisa mengenali ciri-ciri obesitas dan memahami bagaimana pengaruhnya pada tubuh. Agar tak jadi salah satunya, Anda perlu menyimak penjelasan mengenai ciri-ciri obesitas yang perlu diwaspadai dari Granostic berikut ini!Ciri-Ciri Obesitas yang Perlu DiwaspadaiSobat Granostic, banyak orang mengira obesitas hanya soal “berat badan naik”. Padahal, kondisi ini lebih kompleks dan bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit serius, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, hingga gangguan jantung.Sayangnya, tidak sedikit yang tidak menyadari bahwa tubuhnya sudah masuk kategori obesitas. Maka dari itu, penting untuk mengenali sejak dini ciri-ciri obesitas yang patut diwaspadai. Yuk, simak bersama!1. Indeks Massa Tubuh (IMT) TinggiIndeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara paling umum untuk menentukan apakah berat badan seseorang tergolong sehat. IMT dihitung berdasarkan berat badan dan tinggi badan dengan rumus:IMT = Berat badan (kg) / (Tinggi badan dalam meter)^2Menurut World Health Organization (WHO), nilai IMT dapat mengelompokkan kondisi tubuh seseorang dalam beberapa kategori:NormalNilai IMT antara 18,5 hingga 24,9 dianggap sebagai berat badan yang ideal untuk pria maupun wanita dewasa. Untuk anak-anak dan lansia, penilaian IMT disesuaikan dengan kurva pertumbuhan dan faktor usia.OverweightJika IMT Anda berada di kisaran 23,0–24,9, ini berarti Anda tergolong kelebihan berat badan (overweight). Ini bisa menjadi alarm awal untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.Obesitas 1Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika nilai IMT-nya 25 - 29,9. Obesitas sendiri dibagi lagi menjadi beberapa tingkat, mulai dari obesitas kelas 1 (IMT 25–29,9).Obesitas 2Seseorang dikatakan mengalami obesitas tingkat 2 jika nilai IMT-nya >= 30. 2. Lingkar Pinggang yang Melebihi Batas NormalSelain IMT, ukuran lingkar pinggang juga menjadi indikator penting obesitas. Lemak yang menumpuk di area perut, terutama lemak visceral, berkaitan erat dengan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke.PriaLingkar pinggang dikatakan normal jika ukurannya kurang dari 90 cm. Jika lebih dari itu, terutama di atas 102 cm, Anda perlu waspada terhadap risiko obesitas abdominal.WanitaUntuk wanita, lingkar pinggang idealnya kurang dari 80 cm. Jika mencapai 88 cm atau lebih, ini menunjukkan penumpukan lemak di perut yang perlu diwaspadai.3. Mudah Lelah dan Sesak NapasSering merasa lelah meskipun tidak beraktivitas berat? Atau mengalami sesak napas saat berjalan sebentar? Ini bisa jadi tanda bahwa tubuh Anda membawa beban berlebih. Berat badan yang tidak ideal dapat membebani organ pernapasan dan jantung, membuat tubuh lebih cepat lelah karena harus bekerja ekstra untuk menyuplai oksigen ke seluruh tubuh.Selain itu, lemak yang menumpuk di area dada dan perut juga dapat menekan paru-paru, mengurangi kapasitas pernapasan. Akibatnya, penderita obesitas bisa merasa kehabisan napas meskipun hanya melakukan aktivitas ringan.4. Mendengkur dan Gangguan TidurObesitas sering dikaitkan dengan gangguan tidur, salah satunya adalah obstructive sleep apnea (OSA), yaitu kondisi saat saluran napas atas tersumbat saat tidur. Akibatnya, penderita bisa mendengkur keras, terbangun tiba-tiba, bahkan berhenti bernapas sejenak saat tidur.Lemak yang menumpuk di area leher dan saluran napas menjadi penyebab utama OSA. Gangguan ini tidak hanya mengganggu kualitas tidur, tapi juga meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, aritmia jantung, bahkan stroke.5. Nyeri pada PersendianBerat badan berlebih memberikan tekanan ekstra pada sendi, terutama di bagian lutut, pergelangan kaki, dan punggung. Tak heran jika banyak penderita obesitas mengeluhkan nyeri sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari.Dalam jangka panjang, tekanan terus-menerus pada sendi dapat memicu peradangan dan memperburuk kondisi seperti osteoartritis. Itulah mengapa menjaga berat badan ideal sangat penting demi kesehatan tulang dan sendi.6. Masalah KulitSobat Granostic, tahukah Anda bahwa obesitas juga bisa berdampak pada kesehatan kulit? Kelebihan berat badan membuat lipatan kulit menjadi lebih banyak dan lembap, sehingga mudah menimbulkan infeksi jamur dan bakteri.Selain itu, penderita obesitas juga sering mengalami kondisi seperti acanthosis nigricans (kulit menghitam di area lipatan), stretch marks, hingga ruam atau iritasi di bawah payudara, ketiak, atau lipatan perut. Masalah kulit ini bisa menjadi tanda bahwa tubuh mengalami ketidakseimbangan metabolik yang perlu segera ditangani.Cara Mengetahui Apakah Anda Mengalami ObesitasUntuk mengetahui Anda memasuki fase obesitas atau tidak, Anda dapat melakukan pengukuran mandiri di rumah atau berkonsultasi ke klinik Kesehatan terdekat. Beberapa pemeriksaan yang bisa Anda lakukan antara lain:1. Mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT)Cara untuk mengetahui apakah Anda obesitas atau tidak pertama adalah dengan menghitung IMT Anda. Jika IMT Anda berada di angka 30 atau lebih, maka Anda sudah masuk dalam kategori obesitas.Angka IMT lebih dari 30 akan meningkatkan risiko kesehatan yang lebih beragam dan kompleks. Sehingga Anda disarankan untuk memeriksa IMT ini tiap tahun sekali, sehingga dapat membantu menentukan risiko kesehatan Anda secara keseluruhan dan perawatan yang paling sesuai dengan kondisi Anda.2. Mengukur Lingkar PinggangSelain lewat IMT, Anda juga bisa mengetahui apakah obesitas atau tidak dengan mengukur lingkar pinggang Anda. Langkah ini sangat mudah dilakukan di rumah, Anda hanya memerlukan pita ukur untuk mengukur jarak keliling pinggang Anda. Wanita dengan ukuran lingkar pinggang lebih dari 35 inci (89 sentimeter) dan laki-laki yang lebih dari 40 inci (102 sentimeter) memiliki risiko kesehatan yang lebih besar dari orang yang dengan lingkar pinggang lebih kecil.3. Konsultasi MedisAnda juga bisa memeriksa status obesitas Anda dengan melakukan konsultasi langsung bersama dokter. Dalam prosesnya, dokter akan melakukan wawancara medis terkait riwayat kesehatan, gaya hidup, dan Kesehatan mental Anda. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk mengukur tinggi, tanda-tanda vital, dan banyak lainnya.Dengan demikian, dokter dapat memberikan diagnosa yang lebih akurat mengenai status obesitas Anda, serta pengaruhnya pada kesehatan tubuh Anda. Dokter juga dapat memberikan saran perubahan gaya hidup, strategi menurunkan berat badan yang tepat, dan edukasi soal obesitas serta berat badan sehat yang lebih lengkap.Bahaya dan Dampak Kesehatan ObesitasObesitas bukan sekadar soal penampilan fisik atau angka timbangan. Kondisi ini dapat mengganggu fungsi organ vital, meningkatkan risiko penyakit kronis, bahkan menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan. Berikut penjelasan lengkap soal bahaya dan dampak kesehatan akibat obesitas yang perlu Sobat Granostic waspadai.1. Penyakit Jantung dan StrokeObesitas dapat menjadi pemicu utama berbagai gangguan kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner dan stroke. Lemak tubuh yang berlebihan, terutama lemak visceral (lemak yang menumpuk di sekitar organ dalam), berkontribusi terhadap peningkatan kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida, serta menurunkan kadar kolesterol baik (HDL).Ketidakseimbangan ini dapat mempercepat terbentuknya plak di dinding pembuluh darah (aterosklerosis), yang pada akhirnya menyempitkan atau menyumbat aliran darah ke jantung dan otak. Baca Juga: Cara Cek Kesehatan JantungSelain itu, obesitas sering kali disertai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi), yang juga memperbesar risiko serangan jantung dan stroke. Jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, dan hal ini dapat menyebabkan pembesaran jantung (hipertrofi ventrikel kiri) serta gagal jantung.Tak hanya itu, studi dari American Heart Association menunjukkan bahwa orang dengan obesitas memiliki risiko hingga dua kali lipat lebih besar mengalami stroke dibandingkan mereka dengan berat badan normal. Inilah mengapa menurunkan berat badan dan menjaga pola makan sehat sangat penting dalam mencegah penyakit jantung dan stroke.2. Diabetes Tipe 2Diabetes tipe 2 adalah salah satu dampak paling umum dari obesitas. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, atau dikenal sebagai resistensi insulin. Insulin sendiri adalah hormon yang membantu sel menyerap glukosa dari darah. Namun, pada penderita obesitas, sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin, sehingga kadar gula darah tetap tinggi.Lemak tubuh berlebih, terutama di area perut, menghasilkan zat peradangan (sitokin) yang dapat mengganggu sinyal insulin dalam tubuh. Akibatnya, kadar gula darah terus meningkat dan memicu terjadinya diabetes tipe 2. Tanpa pengendalian yang tepat, kondisi ini dapat merusak pembuluh darah, ginjal, saraf, dan mata.Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), lebih dari 80% penderita diabetes tipe 2 mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Maka, menjaga berat badan ideal bukan hanya soal penampilan—tapi langkah penting untuk mencegah penyakit yang serius.3. Penyakit Hati Berlemak Non-Alkoholik (NAFLD)Obesitas juga berkaitan erat dengan penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD), yaitu kondisi di mana terjadi penumpukan lemak berlebih di hati tanpa disebabkan oleh konsumsi alkohol. NAFLD bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, seperti peradangan hati (steatohepatitis), fibrosis, hingga sirosis hati.Pada penderita obesitas, kelebihan kalori dari lemak dan gula sederhana disimpan dalam hati sebagai lemak. Jika tidak dikendalikan, penumpukan ini bisa mengganggu fungsi hati dan meningkatkan risiko gagal hati. NAFLD sering kali tidak menunjukkan gejala pada awalnya, sehingga hanya dapat terdeteksi melalui pemeriksaan medis, seperti USG atau tes fungsi hati.Data dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 3 orang dewasa di dunia mengalami NAFLD, dan sebagian besar di antaranya adalah individu dengan obesitas atau sindrom metabolik.Mengenali Tipe-Tipe Tubuh dan Risiko NAFLDMenariknya, risiko seseorang terhadap NAFLD juga dapat dipengaruhi oleh tipe bentuk tubuhnya. Dua tipe yang paling umum dikenal adalah tipe android (bentuk apel) dan tipe ginoid (bentuk pir).Tipe Android (Bentuk Apel)Tipe tubuh ini cenderung menyimpan lemak di area perut dan dada. Individu dengan bentuk tubuh android memiliki risiko lebih tinggi terhadap NAFLD, karena lemak visceral (lemak di dalam rongga perut) yang menumpuk sangat aktif secara metabolik dan bisa memicu peradangan hati.Tipe Ginoid (Bentuk Pir)Pada tipe ini, lemak lebih banyak tersimpan di area pinggul dan paha. Meskipun tetap harus diwaspadai, individu dengan tipe tubuh ginoid memiliki risiko lebih rendah terhadap NAFLD dibandingkan tipe android. Namun demikian, kelebihan berat badan dalam bentuk apa pun tetap dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan hati.4. Gangguan PernapasanObesitas dapat memperburuk fungsi sistem pernapasan. Lemak yang berlebih, terutama di area dada dan perut, membatasi ekspansi paru-paru saat bernapas. Akibatnya, penderita obesitas sering merasa sesak napas, terutama saat beraktivitas ringan atau saat tidur.Baca Juga: Apa Saja Penyebab Penyakit Asma? Ini PenjelasannyaSalah satu gangguan pernapasan yang umum pada orang dengan obesitas adalah obstructive sleep apnea (OSA), yaitu kondisi saat saluran napas atas menyempit selama tidur dan menyebabkan mendengkur keras serta henti napas sementara. OSA yang tidak ditangani dapat meningkatkan risiko hipertensi, gangguan jantung, hingga stroke.Tak hanya itu, obesitas juga dapat memperparah kondisi asma dan menurunkan efisiensi paru-paru. Maka dari itu, menjaga berat badan ideal sangat penting untuk menjaga kualitas pernapasan dan tidur Anda.5. Masalah ReproduksiObesitas juga berdampak pada sistem reproduksi, baik pada pria maupun wanita. Pada wanita, kelebihan lemak dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen dan progesteron, sehingga mengakibatkan gangguan menstruasi, sindrom ovarium polikistik (PCOS), dan kesulitan hamil.Sementara itu, pada pria, obesitas dapat menurunkan kadar hormon testosteron, yang berakibat pada penurunan gairah seksual, disfungsi ereksi, dan kualitas sperma yang buruk. Penelitian menunjukkan bahwa pria obesitas memiliki jumlah sperma dan motilitas sperma yang lebih rendah dibandingkan pria dengan berat badan normal.Tak hanya itu, wanita hamil dengan obesitas juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi kehamilan, seperti diabetes gestasional, preeklamsia, dan kelahiran prematur. Oleh sebab itu, menjaga berat badan tetap sehat adalah salah satu langkah terbaik dalam merencanakan kehamilan yang aman dan sehat.Pencegahan ObesitasSetelah menyimak bagaimana pengaruh obesitas pada kesehatan tubuh, Anda pasti setuju kalau menjaga berat badan yang sehat adalah hal yang penting. Berikut ini, Granostic akan membagikan beberapa langkah pencegahan obesitas yang dapat Sobat terapkan dalam keseharian. Apa saja?1. Pola Makan SehatPola makan adalah fondasi utama dalam mencegah obesitas. Saat asupan kalori melebihi kebutuhan tubuh, sisa kalori tersebut akan disimpan sebagai lemak. Oleh karena itu, penting sekali untuk menjaga pola makan yang seimbang, baik dari segi porsi maupun kandungan gizinya.Tips pola makan sehat untuk cegah obesitas:Perbanyak konsumsi sayur dan buah segar. Kandungan seratnya membantu rasa kenyang lebih lama dan mendukung sistem pencernaan yang sehat.Pilih karbohidrat kompleks seperti nasi merah, roti gandum utuh, kentang, atau oatmeal, dibandingkan karbohidrat sederhana seperti roti putih dan makanan manis.Batasi konsumsi gula, garam, dan lemak jenuh. WHO merekomendasikan konsumsi gula tidak lebih dari 10% dari total kebutuhan energi harian.Perhatikan porsi makan. Hindari makan berlebihan, terutama saat makan malam.Jangan lewatkan sarapan. Sarapan sehat mencegah rasa lapar berlebih dan ngemil berlebihan di siang hari.Menerapkan pola makan sehat bukan berarti Anda tidak bisa makan enak, melainkan menyesuaikan pilihan makanan agar tubuh tetap bugar tanpa kelebihan kalori.2. Aktivitas Fisik TeraturSelain pola makan, aktivitas fisik juga memiliki peran kunci dalam menjaga berat badan tetap ideal. Tubuh memerlukan aktivitas untuk membakar energi yang masuk melalui makanan. Tanpa gerak, kalori akan menumpuk dan berubah menjadi lemak tubuh.Menurut WHO, orang dewasa disarankan melakukan aktivitas fisik minimal 150–300 menit per minggu (sekitar 30 menit sehari selama 5 hari). Sedangkan anak-anak dan remaja dianjurkan untuk aktif setidaknya 60 menit per hari.Contoh aktivitas fisik yang bisa Anda lakukan:Berjalan kaki cepat di pagi atau sore hariBersepeda santaiSenam aerobik ringan di rumahBerenang atau bermain bulu tangkisYoga atau latihan kekuatan ringanTidak harus langsung berat, yang penting adalah konsistensi. Mulailah dari yang ringan dan menyenangkan, lalu tingkatkan perlahan-lahan sesuai kemampuan tubuh Anda.3. Tidur yang CukupSobat Granostic, tahukah Anda bahwa kurang tidur juga bisa memicu obesitas? Saat tidur tidak cukup, tubuh mengalami ketidakseimbangan hormon, terutama hormon ghrelin (peningkat nafsu makan) dan leptin (pengontrol rasa kenyang). Akibatnya, Anda cenderung merasa lapar berlebihan dan ngemil tak terkontrol.Selain itu, kurang tidur juga menurunkan energi dan semangat untuk berolahraga, sehingga tubuh membakar kalori lebih sedikit. Inilah kenapa tidur cukup bukan hanya soal istirahat, tapi bagian penting dari gaya hidup sehat.Durasi tidur yang disarankan untuk dewasa 7–9 jam per malam. Sementara untuk remaja sepanjang 8–10 jam per malam, lalu anak-anak 9–12 jam per malam (tergantung usia).4. Pemantauan Berat BadanLangkah terakhir dalam mencegah obesitas adalah memantau berat badan secara rutin. Dengan melakukannya, Anda bisa mendeteksi sedini mungkin apakah berat badan sudah mulai naik melebihi batas ideal atau tidak.Cara memantau berat badan dengan benar:Ukur berat badan Anda 1–2 kali seminggu, pada waktu yang sama (misalnya setiap Senin pagi setelah bangun tidur)Gunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk mengetahui apakah Anda masuk kategori normal, overweight, atau obesitasCatat hasilnya di jurnal atau aplikasi pelacak berat badan untuk melihat tren perubahannyaPerhatikan juga ukuran lingkar pinggang, karena bisa mencerminkan penumpukan lemak visceral yang berbahayaDengan memantau secara berkala, Anda bisa segera melakukan koreksi jika terjadi kenaikan berat badan yang tidak wajar.Konsultasi Medis di Granostic SurabayaSelain menerapkan langkah pencegahan di atas, Sobat juga bisa memaksimalkan upaya menjaga berat badan yang sehat dan mencegah obesitas lewat konsultasi medis di Granostic Surabaya.Berkonsultasi bersama dokter kami yang berpengalaman akan membantu Anda dalam memahami kondisi dan kebutuhan tubuh Anda dengan lebih baik. Apalagi prosedur pemeriksaan dan konsultasi yang dilakukan juga sangat menyeluruh, seperti:Evaluasi Status Gizi dan Kesehatan MetabolikBersama dokter dan tim medis ahli kami, Anda dapat melakukan evaluasi status gizi dan kesehatan metabolik. Prosedur ini dapat membantu mendeteksi masalah gizi, mengidentifikasi risiko penyakit yang berkaitan dengan sistem metabolic, dan merencanakan program diet hingga intervensi yang tepat sesuai kondisi Anda.Pemeriksaan Laboratorium Terkait Fungsi Hati dan Risiko NAFLDTak hanya pemeriksaan fisik dan prosedur wawancara medis, bersama Granostic Anda juga akan melalui tes laboratorium untuk memeriksa fungsi hati dan risiko NAFLD. Di mana kedua masalah kesehatan ini sangat berkaitan dengan obesitas.Rencana Penurunan Berat Badan yang Disesuaikan dengan Kebutuhan IndividuHasil pemeriksaan fisik, wawancara medis, dan laboratorium, akan membantu dokter untuk melihat serta menilai kondisi tubuh Anda secara holistik. Dengan demikian diagnosis yang diberikan akan bersifat akurat, yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana penurunan berat badan yang efisien dan efektif.Sobat Granostic, mencegah obesitas adalah bentuk kepedulian terhadap diri sendiri dan orang-orang tercinta. Jangan tunggu sampai gejala atau komplikasi muncul. Lakukan langkah-langkah sederhana di atas sebagai bagian dari gaya hidup sehat Anda.Dan jika Anda butuh bantuan, Granostic Diagnostic Center Surabaya siap membantu melalui layanan konsultasi dokter, pemeriksaan IMT dan lingkar pinggang, serta skrining metabolik yang terintegrasi. Yuk, konsultasi sekarang lewat klik WhatsApp di bawah ini!Ditinjau Oleh:Dr. Aji WibowoSumber Referensi:World Health Organization (WHO). (2024). Obesity. Diakses 2025.Mayo Clinic. (2024). Obesity: Symptoms and Causes. Diakses 2025.Cleveland Clinic. (2024). Weight Control and Obesity. Diakses 2025.Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2024). Healthy Eating for a Healthy Weight. Diakses 2025.NSF – The National Sleep Foundation. (2024). How Many Hours of Sleep Do You Really Need? Diakses 2025.Harvard T.H. Chan School of Public Health. (2024). Preventing Obesity. Diakses 2025.Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2024). Consequences of Obesity. Diakses 2025.National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK). (2024). Nonalcoholic Fatty Liver Disease & NASH. Diakses 2025.Sholikhah, M. S. (2023). Hubungan obesitas dengan risiko penyakit kardiovaskular: Tinjauan pustaka. Amerta Nutrition, 7(4), 515–523. Diakses 2025.Powell-Wiley, T. M., Poirier, P., Burke, L. E., Després, J.-P., Gordon-Larsen, P., Lavie, C. J., ... & American Heart Association Council on Lifestyle and Cardiometabolic Health. (2021). Obesity and Cardiovascular Disease: A Scientific Statement From the American Heart Association. Circulation, 143(21), e984–e1010. Diakses 2025.