Jl. Dharmahusada No.146, Mojo, Kec. Gubeng, Kota SBY, Jawa Timur 60285

Apa Itu Osteoporosis? Berikut Penjelasan Lengkapnya

Apa Itu Osteoporosis? Berikut Penjelasan Lengkapnya

Osteoporosis adalah suatu kondisi yang sering kali tidak disadari oleh banyak orang, padahal bisa sangat mempengaruhi kualitas hidup. Penyakit ini umumnya menyerang tulang, membuatnya lebih lemah dan rentan terhadap patah.

Meskipun seringkali disebut sebagai penyakit diam-diam, karena tidak menimbulkan gejala yang jelas pada tahap awal, osteoporosis sebaiknya tidak dianggap remeh.

Faktanya, lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia menderita osteoporosis dan risiko ini semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, osteoporosis bukan hanya masalah orang tua.

Gaya hidup yang kurang sehat, pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, atau faktor genetik juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami kondisi ini lebih awal.

Jadi, osteoporosis dapat dialami oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi kondisi ini lebih umum terjadi pada wanita yang sudah mengalami menopause dan pria yang lebih lanjut usianya.

Penyakit ini berhubungan erat dengan penurunan kepadatan tulang yang membuatnya lebih rapuh, sehingga meningkatkan kemungkinan patah tulang akibat cedera ringan sekalipun. Tulang yang seharusnya kuat untuk menopang tubuh, menjadi lebih lemah dan rapuh.

Oleh karena itu, mengenali faktor risiko, gejala, serta langkah pencegahan osteoporosis sangat penting. Granostic telah merangkumkan semua informasi terkait osteoporosis lewat artikel ini.

Penasaran? Baca terus, ya!

Pengertian Osteoporosis

Osteoporosis adalah kondisi medis yang menyebabkan tulang menjadi lemah dan rapuh. Kondisi ini terjadi ketika tulang kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehingga lebih mudah patah, meskipun hanya mengalami cedera ringan.

Proses ini biasanya berlangsung secara perlahan tanpa gejala yang jelas pada awalnya, sehingga banyak orang baru menyadarinya setelah mengalami patah tulang.

Pada kondisi normal, tubuh terus memproduksi dan mengganti sel-sel tulang yang lama dengan yang baru. Namun, pada penderita osteoporosis, proses penggantian tulang ini terganggu dan tulang menjadi lebih tipis serta kurang padat.

Akibatnya, tulang tidak bisa lagi mendukung tubuh dengan baik, sehingga meningkatkan risiko patah tulang, terutama di bagian tubuh seperti pergelangan tangan, tulang belakang, dan pinggul.

Penyebab Osteoporosis

Penyebab osteoporosis sangat bervariasi dan sering kali melibatkan kombinasi beberapa faktor. Meskipun proses penuaan menjadi salah satu penyebab utamanya, tetapi ada berbagai hal yang dapat mempengaruhi kesehatan tulang manusia, mulai dari faktor genetik hingga gaya hidup yang kurang mendukung.

Pada bagian ini, kita akan membahas berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan kondisi osteoporosis ini, serta bagaimana kita bisa mengelola faktor-faktor tersebut untuk menjaga kesehatan tulang yang optimal.

1. Kekurangan Kalsium dan Vitamin D

Kalsium merupakan mineral yang berperan penting dalam pembentukan dan pemeliharaan kekuatan tulang. Jika tubuh kekurangan kalsium, tulang akan menjadi lebih rapuh dan rentan patah. Biasanya, tubuh mendapatkan kalsium dari makanan, seperti susu, keju, yogurt, dan sayuran hijau.

Jika asupan kalsium tidak mencukupi, tubuh akan mengambil kalsium dari tulang untuk memenuhi kebutuhan lainnya, sehingga membuat tulang semakin lemah dari waktu ke waktu.

Selain itu, vitamin D juga sangat penting dalam proses ini karena Vitamin D berperan penting dalam membantu tubuh menyerap kalsium dari makanan yang Anda makan.

Tanpa vitamin D yang cukup, meskipun Anda mengonsumsi cukup kalsium, tubuh tidak akan bisa menggunakannya dengan optimal. Vitamin D bisa didapatkan dari paparan sinar matahari langsung atau melalui makanan seperti ikan berlemak dan telur.

Jika tubuh kekurangan vitamin D, kemampuan untuk membangun dan mempertahankan tulang yang sehat menjadi terganggu yang akhirnya meningkatkan risiko osteoporosis.

2. Faktor Genetik

Jika ada riwayat keluarga yang menderita osteoporosis atau sering mengalami patah tulang akibat kondisi ini, maka seseorang lebih berisiko mengalami kondisi ini juga.

Gen yang diwariskan dari orang tua dapat memengaruhi berbagai aspek kesehatan tulang, seperti kepadatan tulang, kekuatan tulang, dan kemampuan tubuh untuk memproduksi tulang baru.

Beberapa orang mungkin dilahirkan dengan struktur tulang yang lebih rapuh atau dengan kepadatan tulang yang lebih rendah, sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap osteoporosis.

Meskipun Anda tidak bisa mengubah faktor genetik ini, pola hidup yang sehat, seperti:

Mengurangi kebiasaan-kebiasaan ini dapat membantu mengurangi dampak negatif dari faktor keturunan tersebut.

3. Penurunan Hormon Estrogen atau Testosteron

Estrogen adalah hormon yang sangat penting dalam menjaga kepadatan tulang, terutama pada wanita. Ketika seorang wanita memasuki masa menopause, kadar estrogen dalam tubuhnya turun drastis.

Penurunan hormon ini membuat tulang lebih mudah kehilangan kalsium dan mineral lainnya, yang menyebabkan tulang menjadi lebih rapuh dan rentan terhadap patah.

Pada pria, testosteron juga berperan dalam menjaga kesehatan tulang. Meskipun penurunan testosteron pada pria tidak terjadi secepat pada wanita, seiring bertambahnya usia, kadar testosteron bisa menurun dan mempengaruhi kepadatan tulang.

Hal ini membuat pria yang lebih tua juga berisiko mengalami osteoporosis. Oleh karena itu, baik pada wanita yang menopause maupun pria yang lebih tua, penurunan hormon ini menjadi salah satu faktor yang meningkatkan kerentanannya terhadap osteoporosis dan menjaga keseimbangan hormon sangat penting untuk mencegah kondisi ini.

4. Gaya Hidup Tidak Sehat

Kebiasaan buruk, seperti kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, merokok, dan konsumsi alkohol yang berlebihan, semuanya dapat memengaruhi kesehatan tulang secara negatif. Kurangnya olahraga, terutama yang melibatkan beban, seperti berjalan, berlari, atau angkat beban, bisa membuat tulang menjadi lebih lemah.

Aktivitas fisik yang teratur membantu merangsang tulang untuk tetap kuat dan padat. Tanpa cukup bergerak, tulang tidak mendapatkan rangsangan yang dibutuhkan untuk mempertahankan kekuatan dan kepadatannya.

Selain itu, pola makan yang tidak seimbang, seperti kekurangan kalsium dan vitamin D, juga sangat berdampak pada kesehatan tulang. Tanpa asupan yang cukup dari kedua zat ini, tulang bisa menjadi lebih rapuh. Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol berlebihan juga dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk membangun dan menjaga tulang yang sehat.

Merokok, misalnya, mengurangi aliran darah ke tulang dan menghambat penyerapan kalsium. Sementara alkohol dapat merusak sel-sel tulang dan mengurangi kepadatan tulang.

5. Kondisi Medis Tertentu

Penyakit atau gangguan tertentu dapat memengaruhi metabolisme tulang atau mengganggu keseimbangan antara pembentukan dan penghancuran tulang, yang pada akhirnya membuat tulang lebih rapuh dan mudah patah.

Contohnya, penyakit tiroid yang tidak terkontrol, seperti hipertiroidisme yang dapat menyebabkan tubuh memproduksi terlalu banyak hormon tiroid. Sehingga dapat mempercepat proses penghancuran tulang.

Selain itu, kondisi medis seperti rheumatoid arthritis dan penyakit celiac juga dapat mempengaruhi kesehatan tulang. Pada rheumatoid arthritis, peradangan kronis dapat merusak jaringan tulang dan sendi.

Sedangkan pada penyakit celiac, kerusakan pada usus dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi penting seperti kalsium dan vitamin D.

Ciri-Ciri dan Gejala Osteoporosis

Osteoporosis kerap disebut sebagai penyakit tersembunyi karena di tahap awal, tanda-tandanya sulit untuk dikenali. Banyak orang yang baru menyadari bahwa mereka mengidap osteoporosis setelah mengalami patah tulang, padahal kondisi ini sudah berkembang sejak lama.

Oleh karena itu, mengenali ciri-ciri dan gejala osteoporosis sejak dini sangat penting agar kita bisa mengambil langkah pencegahan dan perawatan yang tepat.

1. Patah Tulang Mudah Terjadi

Salah satu ciri paling umum dari osteoporosis adalah tulang yang menjadi lebih mudah patah, bahkan akibat cedera ringan atau tekanan yang seharusnya tidak menyebabkan patah tulang.

Patah tulang bisa terjadi akibat kecelakaan kecil, seperti terjatuh atau hanya dengan gerakan yang tampaknya biasa. Hal ini terjadi karena tulang yang rapuh tidak dapat menahan beban atau tekanan yang diberikan.

Bagian tubuh yang paling sering mengalami patah tulang akibat osteoporosis meliputi pergelangan tangan, tulang belakang, dan pinggul. Jika seseorang sering mengalami patah tulang meskipun cedera yang terjadi ringan, namun hal tersebut bisa menjadi tanda adanya osteoporosis.

2. Postur Tubuh Membungkuk

Seiring berjalannya waktu, osteoporosis dapat menyebabkan tulang belakang menjadi lebih rapuh dan bahkan mengalami kompresi atau penyusutan.

Hal ini dapat membuat postur tubuh seseorang menjadi membungkuk atau tampak lebih membungkuk dari biasanya (kifosis). Penyusutan tulang belakang ini terjadi karena vertebra (tulang punggung) menjadi lebih rapuh dan mudah runtuh.
Selain itu, nyeri punggung yang terjadi akibat fraktur kompresi pada tulang belakang juga dapat memperburuk postur tubuh yang membungkuk. Jika Anda mulai merasa tubuh Anda semakin membungkuk atau mengalami nyeri punggung yang sering, hal tersebut bisa menjadi tanda bahwa osteoporosis sedang berkembang.

3. Nyeri Punggung Kronis

Nyeri punggung yang berlangsung lama sering menjadi salah satu gejala osteoporosis, terutama jika terdapat fraktur atau retakan pada tulang belakang.
Osteoporosis membuat tulang lebih rapuh sehingga tulang belakang bisa mengalami kompresi atau keretakan yang menyebabkan rasa sakit yang berkelanjutan.

Nyeri ini bisa terasa tajam atau tumpul dan mungkin semakin parah dengan aktivitas tertentu, seperti berdiri lama atau membungkuk. Rasa sakitnya bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan membuat penderitanya kesulitan bergerak dengan bebas.

4. Penurunan Tinggi Badan

Osteoporosis dapat menyebabkan penurunan tinggi badan seiring waktu. Hal ini terjadi karena tulang belakang yang rapuh bisa mengalami kompresi atau penyusutan, sehingga menyebabkan tubuh terlihat lebih pendek.
Penurunan tinggi badan ini terjadi secara perlahan, namun jika tidak diperhatikan, bisa menjadi tanda yang jelas bahwa kepadatan tulang telah menurun. Jika seseorang merasa tingginya berkurang atau merasa tubuhnya semakin membungkuk, bisa jadi hal tersebut merupakan indikasi adanya osteoporosis yang memengaruhi tulang belakang.

5. Kerapuhan Kuku

Kondisi ini berkaitan dengan rendahnya kepadatan mineral tulang yang tidak hanya memengaruhi tulang, tetapi juga bisa mempengaruhi kualitas kuku.

Kuku yang mudah patah atau tumbuh dengan lambat bisa menjadi tanda bahwa tubuh kekurangan kalsium atau mineral penting lainnya yang juga diperlukan untuk kesehatan tulang dan kuku.
Jika kuku sering rusak meski tidak terpapar benturan yang keras, ini bisa menjadi salah satu gejala yang perlu diperhatikan.

Faktor Risiko Osteoporosis

Faktor risiko osteoporosis mencakup berbagai hal yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang meningkatkan kondisi ini. Beberapa faktor tersebut mungkin berada di luar kendali manusia, seperti faktor genetik, sementara yang lainnya terkait langsung dengan gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari.

Mari ketahui berbagai faktor yang dapat memengaruhi kesehatan tulang, agar Anda bisa lebih sadar dan proaktif dalam menjaga kekuatan tulang seiring bertambahnya usia.

1. Usia Lanjut

Semakin bertambahnya usia, semakin besar pula risiko seseorang untuk mengembangkan osteoporosis. Proses alami penuaan menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan tubuh akan kehilangan lebih banyak tulang daripada yang bisa dibangun kembali. Pada usia lanjut, kemampuan tubuh untuk memproduksi sel-sel tulang baru berkurang, sementara proses penghancuran tulang yang lama terus berlangsung.

Keadaan ini menyebabkan tulang menjadi semakin lemah dan rentan terhadap keretakan atau patah. Risiko osteoporosis meningkat secara signifikan setelah usia 50 tahun, terutama pada wanita setelah menopause, ketika penurunan hormon estrogen juga memperburuk kondisi tulang.

2. Jenis Kelamin

Wanita memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan pria, terutama setelah memasuki menopause. Penurunan kadar estrogen yang terjadi saat menopause mempercepat kehilangan kepadatan tulang, menjadikan wanita lebih rentan terhadap osteoporosis. Wanita pada umumnya memiliki tulang yang lebih kecil dan tipis dibandingkan pria, sehingga tulang mereka lebih rentan terhadap kerapuhan.

Meskipun pria juga bisa menderita osteoporosis, risikonya cenderung muncul lebih lambat, seiring bertambahnya usia, terutama setelah mereka memasuki usia 70 tahun ke atas.

3. Indeks Massa Tubuh Rendah

Indeks Massa Tubuh (IMT) yang rendah atau sering disebut sebagai tubuh kurus, juga dapat meningkatkan risiko osteoporosis. Orang dengan IMT rendah cenderung memiliki lebih sedikit cadangan lemak dan otot, yang berperan dalam memberikan dukungan pada tulang.

Selain itu, tubuh yang kurus biasanya memiliki tulang yang lebih tipis, sehingga lebih rentan terhadap kehilangan kepadatan dan kerusakan. Orang dengan berat badan rendah juga mungkin tidak mendapatkan cukup nutrisi penting, seperti kalsium dan vitamin D, yang diperlukan untuk menjaga tulang tetap kuat.

4. Gaya Hidup Tidak Sehat

Gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang buruk, serta kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol berlebihan, bisa memperburuk kesehatan tulang dan meningkatkan risiko osteoporosis. Kurang bergerak atau tidak berolahraga dapat menyebabkan tulang menjadi lebih lemah karena tidak ada rangsangan untuk memperkuatnya. Selain itu, pola makan yang rendah akan kalsium dan vitamin D, di mana dua zat itu penting untuk kesehatan tulang, juga dapat memperburuk kondisi ini.

Merokok dan alkohol berlebihan mengganggu penyerapan kalsium, merusak struktur tulang, dan mempercepat penghancuran tulang. Mengadopsi gaya hidup sehat yang melibatkan olahraga teratur, pola makan bergizi, serta menghindari kebiasaan buruk, sangat penting untuk menjaga kekuatan tulang.

5. Penyakit Kronis

Beberapa penyakit kronis dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami osteoporosis karena pengaruhnya terhadap kesehatan tulang. Penyakit seperti diabetes tipe 1 dan tipe 2, penyakit ginjal kronis, dan penyakit tiroid yang tidak terkontrol dapat mengganggu keseimbangan mineral dalam tubuh dan memperburuk kepadatan tulang. Misalnya, pada diabetes, kadar gula darah yang tinggi bisa memengaruhi proses metabolisme tulang, sedangkan pada penyakit ginjal kronis, tubuh kesulitan mengatur kadar kalsium dan fosfor yang penting untuk kesehatan tulang.

Penyakit-penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang atau meningkatkan kerentanannya terhadap patah, sehingga penderita penyakit kronis perlu lebih waspada dan menjaga kesehatan tulang dengan cermat.

Cara Mengatasi Osteoporosis

Mengatasi osteoporosis bukan hanya tentang pengobatan, tetapi juga melibatkan perubahan gaya hidup yang mendukung kesehatan tulang secara keseluruhan.

Meskipun osteoporosis tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, ada berbagai cara yang dapat membantu memperlambat proses kehilangan kepadatan tulang, mengurangi risiko patah tulang, dan meningkatkan kualitas hidup. Mari ketahui bersama cara mengatasi osteoporosis.

1. Konsumsi Obat-Obatan (Resep Dokter)

Dalam upaya mengatasi osteoporosis, dokter sering meresepkan obat-obatan yang dirancang untuk meningkatkan kepadatan tulang dan mengurangi risiko patah tulang. Obat-obatan ini bekerja dengan berbagai cara, seperti memperlambat proses penghancuran tulang atau merangsang pembentukan tulang baru.

Beberapa jenis obat yang sering digunakan termasuk bisfosfonat, terapi hormon, dan obat penghambat resorpsi tulang lainnya. Penting untuk selalu mengikuti petunjuk dokter dalam mengonsumsi obat-obatan ini karena penggunaan yang tidak tepat bisa menimbulkan efek samping. Pemeriksaan rutin juga diperlukan untuk memantau kondisi tulang dan memastikan pengobatan yang tepat.

2. Pola Makan Seimbang

Menerapkan pola makan yang seimbang sangat penting dalam mengatasi osteoporosis. Mengonsumsi makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin D sangat penting untuk menjaga kekuatan tulang. Kalsium bisa didapatkan dari makanan, seperti susu, keju, yogurt, dan sayuran hijau, sementara vitamin D bisa diperoleh melalui paparan sinar matahari atau makanan seperti ikan berlemak dan telur.

Selain itu, penting untuk menghindari makanan yang dapat merusak kesehatan tulang, seperti makanan yang tinggi garam dan kafein yang bisa mengurangi penyerapan kalsium. Dengan pola makan yang seimbang, tubuh mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk memperkuat tulang dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

3. Latihan Fisik yang Tepat

Olahraga atau latihan fisik yang tepat sangat membantu dalam mengatasi osteoporosis. Latihan beban, seperti berjalan, berlari, atau angkat beban, dapat memperkuat tulang dengan memberi rangsangan yang diperlukan untuk mempertahankan kepadatan tulang.

Selain itu, latihan yang meningkatkan keseimbangan dan kelenturan, seperti yoga atau tai chi, juga penting untuk mencegah jatuh yang bisa menyebabkan patah tulang pada penderita osteoporosis. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli fisioterapi sebelum memulai program latihan, agar olahraga yang dilakukan sesuai dengan kondisi tubuh dan tidak memperburuk kerusakan tulang.

4. Hindari Faktor Risiko

Salah satu cara mengatasi osteoporosis adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa memperburuk kondisi ini. Misalnya, berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol karena kedua kebiasaan tersebut dapat merusak tulang dan mengurangi penyerapan kalsium. Selain itu, menghindari pola makan yang buruk, seperti yang rendah kalsium atau vitamin D, serta mengatur berat badan agar tidak terlalu rendah, juga penting untuk menjaga kesehatan tulang.

Mengelola stres dengan cara yang sehat, seperti berlatih relaksasi atau meditasi, juga bisa membantu mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan tulang. Dengan menghindari faktor-faktor risiko ini, kita bisa memperlambat atau bahkan menghentikan penurunan kepadatan tulang yang disebabkan oleh osteoporosis.

5. Gunakan Suplemen

Mengonsumsi suplemen dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk membantu mengatasi osteoporosis, terutama jika kebutuhan kalsium dan vitamin D dari makanan sehari-hari tidak terpenuhi. Suplemen kalsium membantu menjaga dan meningkatkan kepadatan tulang, sementara suplemen vitamin D mendukung penyerapan kalsium oleh tubuh. Selain itu, ada juga suplemen lain seperti magnesium dan vitamin K yang berkontribusi pada kesehatan tulang.

Namun, penggunaan suplemen harus dilakukan dengan hati-hati. Terlalu banyak mengonsumsi kalsium, misalnya, dapat menyebabkan masalah kesehatan lain seperti batu ginjal. Jadi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mulai menggunakan suplemen.

Pencegahan Osteoporosis

Mencegah osteoporosis sejak dini adalah langkah terbaik untuk menjaga kesehatan tulang di masa depan. Dengan menerapkan kebiasaan yang mendukung kekuatan tulang, kita bisa mengurangi risiko penyakit ini, bahkan sebelum tanda-tandanya muncul.

Pencegahan osteoporosis tidak hanya penting bagi mereka yang memiliki faktor risiko, tetapi juga untuk siapa saja yang ingin memastikan tulang tetap kuat dan sehat seiring bertambahnya usia.

1. Konsumsi Kalsium yang Cukup

Kalsium adalah salah satu nutrisi utama yang diperlukan untuk menjaga tulang tetap kuat dan sehat. Tubuh menggunakan kalsium untuk membangun dan mempertahankan kepadatan tulang, sehingga asupan yang cukup sangat penting, terutama saat masa pertumbuhan dan seiring bertambahnya usia. Kalsium bisa diperoleh dari makanan, seperti susu, yogurt, keju, kacang almond, serta sayuran hijau seperti bayam dan brokoli.

Jika asupan dari makanan dirasa kurang, suplemen kalsium dapat menjadi pilihan, tetapi sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter untuk memastikan dosis yang tepat.

2. Perbanyak Vitamin D

Vitamin D lebih efektif membantu tubuh menyerap kalsium. Jika tubuh kekurangan vitamin D, proses penyerapan kalsium untuk menjaga kesehatan tulang akan menjadi sulit. Salah satu cara terbaik untuk mendapatkan vitamin D adalah dengan paparan sinar matahari, terutama di pagi hari.

Selain itu, vitamin D juga bisa ditemukan dalam makanan, seperti ikan berlemak (salmon), kuning telur, dan susu yang diperkaya. Jika diperlukan, suplemen vitamin D juga menjadi Solusi tepat, khususnya untuk mereka yang jarang terpapar sinar matahari.

3. Aktivitas Fisik Rutin

Olahraga teratur adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah osteoporosis. Aktivitas fisik yang melibatkan beban tubuh, seperti berjalan, jogging, atau menari, membantu merangsang pembentukan tulang dan menjaga kepadatannya. Latihan kekuatan seperti angkat beban juga penting untuk memperkuat otot yang mendukung tulang.

Selain itu, aktivitas yang meningkatkan keseimbangan, seperti yoga atau tai chi juga dapat membantu mengurangi risiko jatuh yang berpotensi menyebabkan patah tulang.

4. Hindari Kebiasaan Buruk

Kebiasaan seperti merokok dan mengonsumsi alkohol secara berlebihan dapat merusak kesehatan tulang. Merokok mengurangi aliran darah ke tulang dan mengganggu proses pembentukan tulang baru, sementara alkohol berlebihan dapat mengurangi penyerapan kalsium dan vitamin D yang penting untuk kesehatan tulang.

Selain itu, pola makan yang tidak seimbang, seperti konsumsi makanan tinggi garam atau kafein, juga dapat memperburuk kepadatan tulang. Dengan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk ini, kita dapat melindungi tulang dari kerusakan dan memperlambat perkembangan osteoporosis.

5. Rutin Periksa Kesehatan Tulang

Pemeriksaan ini, seperti tes kepadatan tulang (bone mineral density test), dapat membantu mengetahui kondisi tulang Anda dan menentukan apakah ada tanda-tanda awal pengeroposan. Dengan mengetahui kondisi tulang lebih awal, dokter dapat merekomendasikan tindakan pencegahan atau pengobatan yang tepat. Pemeriksaan rutin ini sangat disarankan, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko osteoporosis, seperti usia lanjut atau riwayat keluarga dengan penyakit ini.

Baca juga yuk Rekomendasi Olahraga untuk Penderita Osteoporosis yang Aman dan Efektif.

Cek Kesehatan Tulang di Granostic

Granostic adalah salah satu fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan pemeriksaan kepadatan tulang dengan teknologi terkini.
Pemeriksaan ini sangat penting untuk mendeteksi risiko osteoporosis sejak dini, sehingga Anda bisa mengambil langkah pencegahan atau perawatan yang tepat.

Di Granostic, tes kepadatan tulang dilakukan dengan alat khusus yang aman, cepat, dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Hasil pemeriksaan akan membantu Anda mengetahui kondisi tulang secara akurat, termasuk tingkat kepadatan dan risiko pengeroposan.

Tim profesional di Granostic juga akan memberikan penjelasan lengkap tentang hasil tes, serta rekomendasi untuk menjaga atau meningkatkan kesehatan tulang.

Layanan ini sangat direkomendasikan untuk siapa saja, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko osteoporosis seperti usia lanjut, riwayat keluarga, atau gaya hidup yang kurang aktif.

Dengan melakukan cek kesehatan tulang di Granostic, Anda bisa lebih memahami kondisi tubuh dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga tulang tetap kuat dan sehat.

Ditinjau Oleh:
Dr. Aji Wibowo

Sumber Referensi:

  1. Osteoporosis. National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases. Diakses 2025
  2. Osteoporosis. NHS. Diakses 2025
  3. Meri Ramadhani. 2019. Faktor-faktor Risiko Osteoporosis dan Upaya Pencegahannya. Jurnal Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Padang. Diakses 2025
  4. Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Osteoporosis di Indonesia. Diakses 2025
  5. Cleveland Clinic. 2020. Disease & Conditions. Osteoporosis. Diakses 2025
  6. Ratini, M. WebMD. 2021. Understanding Osteoporosis - Symptoms.Gregson, C., et al. 2022. UK Clinical Guideline for the Prevention and Treatment of Osteoporosis. Archives of Osteoporosis, 17(1), pp. 58. Diakses 2025
  7. National Institutes of Health. 2018. Osteoporosis and Related Bone Diseases. Exercise for Your Bone Health. Diakses 2025
  8. Johns Hopkins Medicine. 2022. Conditions and Diseases. Osteoporosis : What You Need to Know as You Age. Diakses 2025
  9. Stang, D. Healthline. 2019. What Do You Want to Know About Osteoporosis?. Diakses 2025
  10. Mäkitie, O., & Zillikens, M. 2022. Early-Onset Osteoporosis. Calcified Tissue International, 110(5), pp. 546-61. Diakses 2025
  11. National Health Service UK. 2019. Health A to Z. Osteoporosis. Diakses 2025
  12. National Institutes of Health. 2019. Osteoporosis and Related Bone Diseases. Osteoporosis Overview. Diakses 2025
  13. U.S. Department of Health & Human Services. 2021. Office on Women’s Health. Osteoporosis. Diakses 2025







Home Service
Loading
Toast Message