Jl. Dharmahusada No.146, Mojo, Kec. Gubeng, Kota SBY, Jawa Timur 60285

Perbedaan HIV dan AIDS: Mitos, Fakta, dan Pentingnya Tes HIV

 Perbedaan HIV dan AIDS: Mitos, Fakta, dan Pentingnya Tes HIV

Karena sering disandingkan, banyak dari kita yang salah memahami bahwa HIV dan AIDS sebagai kondisi yang sama. Padahal keduanya sangatlah berbeda meski memiliki hubungan yang erat, loh, Sobat Granostic.

Perbedaan HIV dan AIDS ini dapat dilihat dari berbagai aspek seperti pengertian, gejala, hingga upaya pengobatan dan peluang pemulihannya.

Nah, dalam artikel ini, Granostic akan membahas tuntas apa saja perbedaan HIV dan AIDS, juga mitos dan fakta yang dikaitkan mengenai kondisi kesehatan tersebut.

Penasaran? kita mulai dari pengertiannya dulu, yuk Sobat Granostic!

1. Pengertian HIV dan AIDS

Telah dikatakan sebelumnya, bahwa HIV dan AIDS merupakan dua kondisi medis yang berbeda. Untuk lebih jelasnya, Anda dapat menyimak penjelasan pengertian HIV dan AIDS berikut ini:

Apa Itu HIV?

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sel darah putih, tepatnya sel CD4, dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Sehingga dapat membuat tubuh lebih rentan terkena infeksi atau serangan penyakit lain.

Penyebaran virus HIV dapat terjadi ketika virus yang terbawa pada cairan tubuh pengidap (seperti sperma, cairan vagina, darah, dan asi), masuk ke dalam tubuh seseorang. Misalnya lewat hubungan seksual yang tidak aman, paparan pada luka terbuka, lewat ibu hamil dan menyusui, dan banyak lainnya.

Apa Itu AIDS?

Berbeda dengan HIV, AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan tahapan paling akhir dan berbahaya dari infeksi HIV. Kondisi ini terjadi Ketika seseorang yang terinfeksi HIV tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, sehingga memperburuk kerusakan system imun dan menyebabkan berbagai infeksi oportunistik lainnya.

Melansir dari Cleveland Clinic tanpa perawatan dan pengobatan yang tepat, infeksi HIV dapat berkembang menjadi AIDS dalam kurun waktu 10 tahun, bisa lebih atau kurang.

2. Perbedaan HIV dan AIDS

Agar lebih mudah, Sobat Granostic bisa menyimak perbedaan HIV dan AIDS melalui tabel berikut ini:


3. Mitos dan Fakta tentang HIV dan AIDS

Kesalahpahaman mengenai HIV dan AIDS ini juga datang karena banyaknya mitos-mitos terkait kedua kondisi tersebut yang berkembang di masyarakat. Agar Anda juga tidak salah paham, simak penjelasan mengenai mitos dan fakta tentang HIV/AIDS berikut ini:

Mitos 1: HIV dan AIDS adalah penyakit yang sama

Keduanya merupakan jenis kondisi yang berbeda, HIV merupakan virus yang menginfeksi tubuh dengan menyerang sel darah putih dan melemahkan sistem imun tubuh. Sementara AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi HIV yang tidak mendapatkan penanganan atau pengobatan tepat sejak dini.

Mitos 2: HIV dapat menular melalui kontak fisik biasa

Nyatanya, HIV tidak dapat menular lewat kontak fisik biasa, loh Sobat Granostic. Menurut World Health Organization (WHO) HIV hanya dapat ditularkan melalui pertukaran tubuh dari orang yang mengidap HIV.

Namun, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan cairan tubuh ini terbatas pada air susu ibu, sperma, cairan vagina, cairan pre-cum, dan darah.
Lebih lanjut, CDC juga mengatakan bahwa HIV tidak dapat ditularkan lewat kontak biasa seperti berjabat tangan, berbagi makanan, berpelukan, bahkan berciuman.

Mitos 3: Orang dengan HIV tidak bisa memiliki kehidupan normal

Tidak tepat, seseorang yang mengidap HIV masih dapat menjalani kehidupan normal asal mendapatkan perawatan dan melakukan pengobatan dengan tepat. Meskipun belum ditemukan pengobatan untuk mengatasi virus secara khusus, kadar HIV dalam tubuh dapat ditekan hingga tidak terdeteksi dalam tes.

Lebih lanjut, menurut berbagai sumber, jika pengidap HIV melakukan pengobatan secara teratur, maka perkembangan menuju AIDS dapat dihambat hingga beberapa dekade, loh.

Mitos 4: HIV hanya menyerang kelompok tertentu

HIV dapat menyerang siapa saja, baik bayi dan anak-anak, ibu rumah tangga, ataupun orang dengan kesehatan yang normal. Namun, risiko lebih besar dapat terjadi pada seseorang yang aktif secara seksual, sering bergonta-ganti pasangan, serta menggunakan obat-obatan terlarang dan berbagi jarum suntik dalam prosesnya.

Mitos 5: HIV dapat disembuhkan

HIV tidak dapat disembuhkan, namun pengobatan dan perawatan dapat dilakukan untuk menekan kadar virus dalam tubuh, sehingga tidak terdeteksi. Pengobatan ini juga menjaga HIV dalam kondisi laten dalam waktu yang lebih lama, serta menghambat perkembangan menjadi AIDS.

4. Kondisi AIDS: Gejala dan Komplikasi

Telah kita singgung sebelumnya, AIDS merupakan tahap akhir dan paling parah dari infeksi HIV. Kondisi ini dapat terjadi setelah bertahun-tahun seseorang terkena HIV dan tidak mendapatkan perawatan yang tepat.
Kondisi AIDS pun memiliki gejala dan komplikasi yang lebih serius, seperti:

Penurunan Berat Badan yang Drastis

Salah satu gejala yang paling umum pada kondisi AIDS adalah penurunan berat badan drastis dan tidak dapat dijelaskan. Melansir dari Healthline.com, kondisi ini juga disebut sebagai HIV wasting syndrome, yang membuat lebih dari 10 persen berat badan turun dalam waktu relatif singkat.

Penurunan berat badan ini juga bisa disertai gejala diare, lemas, atau demam yang berlangsung lebih dari 30 hari.
Ada banyak faktor yang menyebabkan penurunan berat badan drastis pada penderita HIV, seperti infeksi oportunistik, penurunan kemampuan metabolisme tubuh sehingga memengaruhi asupan nutrisi, depresi atau stress, hingga efek samping dari pengobatan.

Infeksi Oportunistik

Pada penderita AIDS, kemampuan sistem imun tubuh telah mengalami kerusakan yang parah, sehingga mudah terserang penyakit. Hal ini jugalah yang membuat seorang penderita AIDS seringnya mengalami infeksi oportunistik.

Infeksi oportunistik ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, atau jamur yang sering menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Karena itu, seseorang dengan HIV bisa sangat berisiko terkena infeksi oportunistik tersebut.
Melansir dari Healthline.com, kasus penurunan berat badan HIV juga dikaitkan dengan beberapa jenis infeksi oportunistik, seperti:

Demam Berkepanjangan

Demam juga termasuk gejala umum yang terjadi saat seseorang terinfeksi HIV, yang juga dapat kembali ketika infeksi berkembang menjadi AIDS.

Pada stadium akhir, demam dapat terjadi dalam durasi yang lebih panjang. Menurut Healthline.com, demam parah ini dapat terjadi selama 30 hari pada pasien AIDS.

Diare Kronis

Seseorang yang menderita AIDS juga dapat mengalami gejala gangguan pencernaan, seperti mual dan diare. Kondisi ini dapat terjadi pada awal infeksi dan saat HIV berkembang menjadi AIDS.

Kanker Tertentu

Saat mengalami AIDS, daya tahan tubuh seseorang akan mengalami kerusakan, yang membuat tubuh semakin sulit melawan infeksi dan penyakit seperti kanker. Karena itu, seseorang dengan AIDS memiliki risiko lebih besar untuk terserang kanker.

Menurut situs resmi New York State Department of Health, ada tiga jenis kanker yang sering menjangkiti para penderita AIDS, seperti:

5. Pentingnya Tes HIV

Melihat bagaimana dampak HIV pada kehidupan sosial dan kesehatan, Anda tentu setuju bahwa melakukan tes HIV secara teratur sangatlah penting. Apalagi, pada beberapa kasus, pada tahap awal infeksi HIV bisa saja tidak menunjukkan gejala signifikan.
Selain itu, ada beberapa manfaat lain yang membuat tes HIV ini begitu penting, seperti:

Manfaat Tes HIV

Bila seseorang aktif secara seksual, sering bergonta-ganti pasangan, atau mengonsumsi narkotika dengan metode injeksi, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan HIV secara rutin.
Ketika melakukan pemeriksaan rutin, Anda dapat mendeteksi dini keberadaan HIV dalam tubuh, yang mungkin di tahap awal infeksinya tidak menunjukkan gejala serius.

Ketika Anda dapat mendeteksi dini infeksi HIV, maka Anda dapat memulai pengobatan lebih awal. Sehingga kadar virus dalam tubuh bisa ditekan, sehingga tidak terdeteksi saat dites.
Pengobatan yang tepat sedini mungkin juga akan membantu menghambat perkembangan virus HIV menjadi AIDS, yang merupakan stadium akhir dan memiliki gejala lebih parah daripada infeksi HIV.

Menurut Kementerian Kesehatan, hingga Desember 2023 lalu, kasus HIV/AIDS di Indonesia masih tinggi dengan jumlah lebih dari 500 ribu pasien. Dari jumlah tersebut, ada banyak kasus HIV yang terjadi pada anak-anak dari bayi hingga usia 14 tahun.

Penularan HIV pun dapat terjadi dari kontak seksual yang tidak aman, dari ibu hamil dan menyusui pada anak, terpapar cairan tubuh pasien HIV lewat transfusi darah atau penggunaan injeksi bergantian.

Anda dapat mengurangi risiko penularan dan mencegah orang-orang terdekat, baik pasangan dan anak yang dikasihi, dengan rutin melakukan cek HIV.

Mengalami HIV/AIDS tidak pernah menjadi masalah yang ringan untuk siapapun. Baik karena dampaknya langsung pada kesehatan, maupun stigma sosial yang menyertai penderita HIV/AIDS, dapat memberikan beban dan tekanan mental.

Karena itu, seseorang dengan HIV/AIDS juga sangat mungkin mengalami depresi, yang juga dapat berpengaruh pada pengobatan.
Namun, ketika Anda melakukan pemeriksaan HIV secara berkala, Anda dapat memperoleh dukungan medis dan psikologis. Karena dokter dapat melayani Anda dengan profesional, memberikan edukasi yang akurat dan objektif terkait kesehatan Anda, serta dapat mendampingi Anda dengan suportif selama masa penyembuhan.

6. Tes HIV di Granostic Surabaya

Menyadari betapa pentingnya untuk mengupayakan pencegahan dan pendeteksian dini HIV/AIDS pada masyarakat, klinik Granostic juga menghadirkan layanan tes HIV untuk warga Surabaya dan sekitarnya.

Mengapa Memilih Granostic?

Melakukan tes HIV di klinik Granostic Surabaya juga memberikan banyak manfaat dan keuntungan bagi masyarakat, seperti:

Klinik Granostic memiliki tenaga medis profesional dan berpengalaman, sehingga dapat memberikan layanan tes HIV dan konsultasi kesehatan dengan menyeluruh.
Tes HIV akan dilakukan oleh staf laboratorium kami yang terlatih dan tersertifikasi. Proses akan dilakukan sesuai prosedur dan efisien, sehingga Anda akan tetap merasa nyaman dan hasil yang diperoleh akan bersifat akurat.

Keuntungan lainnya dengan tes HIV di klinik Granostic adalah hasil tes yang akurat. Ini karena klinik Granostic menerapkan berbagai rangkaian tes dengan tingkat akurasi yang tinggi untuk mendeteksi dini keberadaan HIV dalam tubuh Anda.

Nilai lebih lainnya dengan menjalankan tes HIV di klinik Granostic adalah layanan kesehatan kami yang bersifat terpadu. Sebelum dan setelah melakukan tes HIV, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Anda juga tidak perlu khawatir atau merasa takut bertanya, dokter klinik Granostic akan memberikan arahan yang objektif dan edukasi lengkap mengenai HIV/AIDS maupun kondisi kesehatan Anda.

Keunggulan lain memilih melakukan tes HIV di Granostic adalah komitmen kami dalam menjaga privasi pasien. Kami tidak akan membagikan riwayat medis Anda pada pihak manapun atau memanfaatkannya untuk kepentingan kami.

Sebaliknya, kami akan selalu mendukung pasien HIV/AIDS dalam melakukan pengobatan rutin dan menjaga agar kualitas hidupnya berjalan normal. Khususnya dengan memberikan layanan kesehatan yang profesional, responsif, humanis.

Tertarik untuk melakukan tes HIV di klinik Granostic Surabaya? Anda dapat memperoleh informasi lebih lanjut mengenai layanan kami ini dengan menghubungi nomor call center, atau langsung klik tombol WhatsApp di bawah artikel ini.

Yuk, Sobat, lindungi keluarga dan diri Anda dari infeksi HIV dengan rutin cek kesehatan bersama klinik Granostic!

Ditinjau Oleh:
Dr. Aji Wibowo


Sumber Referensi:

  1. HIV & AIDS. Cleveland Clinic. Diakses 2025
  2. About HIV. CDC. Diakses 2025
  3. HIV and AIDS. WHO. Diakses 2025
  4. HIV and AIDS. NHS UK. Diakses 2025
  5. What You Need to Know About HIV and Weight Loss. Healthline. Medically reviewed by Cameron White, M.D., MPH. Diakses 2025
  6. What to know about a fever and HIV. Medical News Today. Medically reviewed by Avi Varma, MD, MPH, AAHIVS, FAAFP. Diakses 2025
  7. 11 Signs of HIV to Know. Verywell Health's. Medically reviewed by Anju Goel, MD. Diakses 2025
  8. HIV and Cancer: What is the Link?. Health of New York State. Diakses 2025
  9. HIV/AIDS, Fenomena Gunung Es yang Belum Berakhir. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses 2025




Home Service
Loading
Toast Message