Jl. Dharmahusada No.146, Mojo, Kec. Gubeng, Kota SBY, Jawa Timur 60285

Apakah Hepatitis Bisa Sembuh? Berikut Penjelasan

Apakah Hepatitis Bisa Sembuh? Berikut Penjelasan

Sebagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, hepatitis bersifat menular dan beberapa jenisnya dapat menyebabkan masalah Kesehatan yang fatal. Namun, apakah penyakit hepatitis ini bisa sembuh?
Menurut World Health Organization (WHO), hepatitis merupakan peradangan hati yang disebabkan oleh berbagai virus menular dan agen tidak menular, yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Virus penyebab hepatitis juga bermacam-macam, mulai dari hepatitis A, B, C, D, dan E. Setiap jenis virus hepatitis ini memiliki cara penularan, tingkat keparahan, metode pencegahan, dan penyembuhan yang berbeda.
Jadi kalau ditanya apakah hepatitis bisa sembuh? Jawabannya, iya. Namun ada beberapa fakta terkait kesembuhan hepatitis tersebut sesuai dengan jenis virus penginfeksinya.
Biar Sobat Granostic nggak makin bingung, mari simak ulasan mengenai fakta kesembuhan hepatitis berikut ini:

Fakta Kesembuhan Hepatitis

Hepatitis A

Hepatitis A atau HAV merupakan virus hepatitis yang menyebar melalui jalur oral-feses. Misalnya lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi, yang Anda konsumsi. Selain itu, beberapa sumber pun menyebutkan bahwa HAV juga dapat ditularkan dari kontak seksual yang tidak aman.
Masa inkubasi HAV berada pada rentang waktu satu bulan. Penyakit hepatitis A ini dapat sembuh dengan sendirinya, serta hanya kurang dari 1% hepatitis A menjadi parah dan mengakibatkan penyakit atau kerusakan hati yang kronis.
Meski dapat sembuh dengan sendirinya, tidak ada obat antivirus untuk menyembuhkan hepatitis A. Sehingga pengobatan yang akan diberikan pada pasien HVA umumnya fokus pada pengurangan gejala, khususnya lewat cairan dan istirahat total.

Hepatitis B

Hepatitis B atau HBV dapat bersifat akut dan kronis. Infeksi HBV akut umumnya tidak akan bertahan lama dalam tubuh penderita, serta bisa sembuh dengan sendirinya.
Sementara itu, HBV kronis merupakan jenis penyakit hepatitis B yang dapat menetap dalam tubuh dan menimbulkan komplikasi kesehatan hati yang lebih serius. Dalam hal ini tidak ada obat antivirus khusus untuk HBV, sehingga pengobatan akan fokus pada pengontrolan gejala secara berkala bersama dokter, agar pasien mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat.
Namun kasus HVB kronis ini pun sangat jarang terjadi, melansir dari Cleveland Clinic hanya 5% orang dewasa yang terinfeksi HBV yang menjadi "carrier" karena infeksi kronis.
Berbeda dengan HAV, hepatitis B memiliki masa inkubasi cenderung lebih lama, yakni antara 3 hingga 6 bulan. Sebab hepatitis B dapat terjadi tanpa gejala, sehingga banyak pasien yang tidak tahu pasti kapan pertama kali terinfeksi.

Hepatitis C

Selanjutnya hepatitis C atau HCV, yang juga dimulai dengan infeksi akut, namun pada mayoritas orang yang terinfeksi akan berkembang menjadi infeksi kronis. Hepatitis C juga menjadi salah satu jenis hepatitis yang paling banyak menyebabkan infeksi kronis.
Namun bukan berarti hepatitis C tidak bisa sembuh sama sekali. Karena jika Anda memiliki kekebalan tubuh yang baik, maka infeksi virus hepatitis C pada fase akut, atau kurang dari 6 bulan akan dapat sembuh dengan sendirinya.
Meski begitu menurut Centers of Disease Control and Prevention (CDC), hepatitis C juga dapat disembuhkan melalui pengobatan oral, yang disebut sebagai direct-acting antivirals (DAAs). Obat oral ini mudah dikonsumsi, memiliki sedikit efek samping, serta dapat menyembuhkan 95% orang hanya dalam 8–12 minggu.
Akan tetapi jika infeksi bertahan lebih dari kurun waktu tersebut, maka kemungkinan besar hepatitis C telah berkembang menjadi kronis.

Hepatitis D

Sementara itu, hepatitis D atau HDV yang termasuk sebagai jenis hepatitis langka, karena hanya terjadi bersamaan dengan infeksi hepatitis B. Virus hepatitis D menyebabkan peradangan hati, namun seseorang tidak dapat terjangkit HDV tanpa adanya infeksi hepatitis B.
Menurut Medical News Today, saat ini belum ada obat untuk menangani hepatitis D, namun pengobatan dapat dilakukan untuk mengelola gejala yang menyertai penyakit tersebut.

Hepatitis E

Hepatitis E atau HEV memiliki karakteristik sedikit berbeda dari virus hepatitis lainnya. Menurut WHO, HEV memiliki 4 tipe berbeda, yakni genotype 1, 2, 3, dan 4.
Genotipe 1 dan 2 hanya ditemukan pada manusia, sementara tipe 3 dan 4 beredar pada beberapa jenis hewan termasuk babi, babi hutan, rusa, yang terkadang dapat menginfeksi manusia.
Infeksi hepatitis E biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 2–6 minggu. Namun dalam kasus yang jarang terjadi, hepatitis E juga dapat berkembang sebagai hepatitis fulminan, yang memiliki efek fatal pada kesehatan organ hati.
Selain itu, menurut WHO masih belum ada pengobatan spesifik untuk menghentikan perkembangan hepatitis E akut. Karena penyakit ini biasanya dapat sembuh sendiri dan umumnya tidak memerlukan rawat inap.

Penularan Hepatitis

Setelah menyimak fakta mengenai apakah hepatitis bisa sembuh di atas, Sobat Granostic pasti setuju bahwa sangat penting untuk menghindari infeksi virus ini sebagai upaya pencegahan.
Karena tidak semua virus hepatitis dapat hilang dan sembuh dengan sendirinya, serta selalu ada risiko untuk penyakit akut berkembang ke tahap kronis.
Nah, sebagai upaya pencegahan Anda perlu mengetahui bagaimana penularan virus hepatitis berikut ini:

Hepatitis A dan E

Penyebaran virus hepatitis A dan E terjadi melalui fecal-oral, umumnya dapat menyebar ketika orang yang tidak terinfeksi menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja orang yang terinfeksi.
Selain itu, menurut WHO hepatitis A juga dapat terjadi karena sanitasi yang buruk, kebersihan diri yang buruk, serta melakukan seks oral-anal.

Hepatitis B, C, dan D

Sedikit berbeda dengan hepatitis A dan E, hepatitis B, C, dan D dapat menular lewat kontak dengan darah, cairan tubuh, atau hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Khususnya hepatitis B dapat ditularkan oleh ibu hamil yang terinfeksi ke bayinya selama persalinan.

Langkah Pencegahan Hepatitis

Setelah menyimak bagaimana penularan hepatitis di atas, Anda perlu mengetahui dan menerapkan langkah pencegahan hepatitis yang tepat, seperti:

Vaksinasi

Langkah awal yang sangat penting dalam pencegahan hepatitis adalah lewat vaksinasi. Hingga kini vaksin hepatitis yang tersedia di Indonesia adalah vaksin hepatitis A dan B. Sementara itu, vaksin hepatitis C masih berada dalam proses penelitian untuk membuat injeksi sebagai cara mencegah penyakit tersebut, sedangkan jenis hepatitis lainnya belum tersedia.

WHO merekomendasikan vaksinasi hepatitis A sejak dini, yakni pada bayi berumur 1 tahun atau lebih. Vaksinasi hepatitis A juga dilakukan sebanyak dua kali, yakni saat anak berada di bawah umur lima tahun, serta saat berumur di antara 12 hingga 23 bulan.

Dosis vaksinasi hepatitis A ini diberikan sebanyak 0,5 ml, bagi anak berumur hingga 15 tahun.
Sementara itu, bagi orang dewasa yang belum pernah mendapatkan vaksin, perlu mendapatkan dua kali suntik vaksin dengan rentang Jarak 6 bulan dari suntik pertama. Dosis yang diberikan untuk orang dewasa sebanyak 1 ml untuk tiap pemberian vaksin.
Vaksin hepatitis B sebaiknya diberikan di hari pertama bayi lahir, dosis kedua pada usia 2 bulan, dosis ketiga pada usia 3 bulan, hingga dosis keempat pada usia 4 bulan. Dosis kelima dapat diberikan pada usia 18 bulan, yang disebut sebagai dosis vaksin hepatitis B booster.
Bagi orang dewasa, vaksin hepatitis B dapat diberikan sebanyak 3 kali dengan satu kali dosis tambahan sebagai booster. Vaksin booster biasanya diberikan pada orang yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis B.

Praktik Higienis

Selain mendapatkan vaksin, pastikan untuk menerapkan pola hidup yang sehat dan menjaga kebersihan diri sebagai salah satu upaya pencegahan hepatitis. Ini karena beberapa infeksi virus hepatitis seringkali berkaitan dengan kebersihan lingkungan dan diri.
Misalnya air sanitasi yang tidak bersih, kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan atau minum, dan banyak lainnya.

Perilaku Aman untuk Mencegah Hepatitis B, C, dan D

Berbeda dengan hepatitis A dan E yang umumnya ditularkan lewat jalur fecal-oral, hepatitis B, C, dan D dapat terjadi karena seks tidak aman, transfusi darah dari penderita, dan sejenisnya.
Karena itu, Anda bisa menerapkan beberapa perilaku aman berikut ini untuk mencegah infeksi hepatitis B, C, dan D:

Penanganan Awal Hepatitis

Seperti yang dikatakan sebelumnya, tiap jenis hepatitis selalu memiliki cara penularan dan penanganan awal yang sedikit berbeda satu sama lain. Agar tak salah langkah, perhatikan bagaimana penanganan awal hepatitis sesuai dengan jenis virusnya di bawah ini:

Hepatitis A dan E

Hepatitis A dan E cenderung dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Sebagai penanganan awal, penderita hepatitis A dan E akut disarankan untuk lebih banyak beristirahat, mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang, serta mencukupi kebutuhan cairan tubuh.

Hepatitis B

Menurut CDC perawatan hepatitis B bergantung pada beberapa factor, seperti jenis infeksi (akut atau kronis, kesehatan organ hati, serta obat apa saja yang tersedia. Berikut penjelasan lengkapnya:

Pengobatan Hepatitis B Akut

Menurut CDC hingga kini belum ada obat yang tersedia untuk mengatasi hepatitis B akut. Namun, jika seseorang mengalami gejala ringan, dokter akan menyarankan untuk mengambil istirahat total, memenuhi kebutuhan nutrisi dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, serta memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
Namun jika seseorang mengalami gejala awal yang lebih parah, dokter mungkin menyarankan perawatan di rumah sakit untuk mengontrol gejala dan kondisi pasien.

Penanganan Hepatitis B Kronis

Sementara untuk menangani hepatitis B kronis, terdapat beberapa jenis pengobatan yang disetujui dan obat baru yang sedang dalam pengobatan.
Masih dari CDC, obat-obatan ini dapat mencegah penyakit hati yang parah. Namun, tidak semua orang dengan hepatitis B kronis memerlukan obat, mengingat obat-obatan tersebut juga dapat menimbulkan beberapa efek samping pada Sebagian penggunanya.
Orang yang memulai pengobatan hepatitis B pun bisa saja perlu meminum obat-obatan ini sepanjang hidup mereka, karena sifatnya yang tidak menyembuhkan.

Hepatitis C

Melansir dari WHO terdapat pengobatan yang efektif untuk hepatitis C. Tujuan pengobatan yang diberikan yakni untuk menyembuhkan penyakit dan mencegah kerusakan hati jangka panjang. Namun perawatan hepatitis C sendiri dapat disesuaikan dengan tingkat keparahannya, seperti

Hepatitis D

Salah satu pengobatan yang umumnya direkomendasikan untuk penanganan hepatitis D adalah interferon alfa pegilasi. Pengobatan ini harus berlangsung selama 48 minggu tanpa memandang respon pasien.
Sebab, virus cenderung memberikan tingkat respons yang rendah terhadap pengobatan tersebut. Namun, pengobatan ini dikaitkan dengan kemungkinan perkembangan penyakit yang lebih rendah.
Tak hanya itu, menurut WHO interferon alfa pegilasi juga dikatakan dapat memberikan efek samping yang signifikan, serta tidak boleh diberikan pada pasien dengan sirosis dekompensasi, kondisi gangguan mental, serta seseorang dengan autoimun.
Selain interferon alfa pegilasi penanganan hepatitis D ini juga bisa menggunakan bulevirtide, yang merupakan salah satu pengobatan baru.

Perawatan Pendukung

Selain perawatan dan pengobatan hepatitis sesuai dengan jenis virusnya di atas, Anda juga bisa menerapkan beberapa perawatan pendukung untuk lekas pulih dari penyakit organ hati tersebut.
Menurut US Center For Disease, Anda dapat menerapkan kebiasaan sehat, seperti mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, istirahat yang cukup dan berkualitas, serta memenuhi kebutuhan cairan tubuh.
Selain itu, Anda juga bisa memulai untuk Latihan fisik secara ringan agar sistem imun bekerja lebih baik. Menghindari meminum alkohol, sebab dapat membuat kondisi organ hati jadi lebih buruk.
Anda juga perlu memperhatikan dan menerapkan anjuran pengobatan yang diberikan dokter dengan seksama. Sebagai upaya pencegahan penyebaran, baiknya pisahkan juga alat makan dan minum dengan keluarga, pastikan agar Anda menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan baik.

Nah, Sobat Granostic itu adalah penjelasan mengenai fakta kesembuhan penyakit hepatitis. Jika Anda dan keluarga terinfeksi hepatitis, serta mengalami gejala-gejalahepatitis seperti penjelasan di atas, segera konsultasikan dengan dokter klinik Granostic. Anda pun dapat melakukan cek Kesehatan organ hati dengan berbagai layanan paket medical check up (MCU) di klinik Granostic, untuk mendeteksi dini adanya gangguan atau penyakit pada hati.
Tak hanya itu, sebagai upaya pencegahan Anda juga perlu melakukan vaksinasi hepatitis yang dapat juga diakses lewat layanan Granostic.
Yuk, lindungi keluarga dan diri Anda bersama pelayanan Kesehatan terpadu klinik Granostic.

Home Service
Loading
Toast Message