RUBELLA
Rubella adalah penyakit akut dan mudah menular Ini sering menginfeksi anak-anak dan dewasa muda yang rentan. Penyakit Ini memiliki gejala klinis ringan dan 50% tidak menunjukkan gejala. Infeksi rubella pada Wanita hamil dapat mengalami keguguran atau kecacatan Lahir permanen atau dikenal sebagai bayi dengan Sindrom rubella kongenital (CRS). akibat yang ditimbulkan oleh rubella adalah cacat seumur hidup yang harus ditanggung oleh penderita, keluarga, bahkan bangsa dan negara.(WHO Weekly Epidemiological Record, No. 29, 2011, 301-316)
Epidemiologi Penyakit Rubela
Angka penemuan kasus dan kematian karena campak dan rubela di Indonesia pada tahun 2014-2018 yang dilaporkan adalah 14.192 positif rubela. kurang lebih 77% penderita merupakan anak usia di bawah 15 tahun. (Kemenkes, 2019)
Patogenesis dan Penularan Rubela
- Penyebab Rubella
Rubella adalah penyakit yang disebabkan oleh togaviridae Jenis rub virus yang termasuk golongan virus RNA. Virus rubela cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Virus rubela dapat menembus sawar placenta dan menginfeksi janin.
Akibat hal tersebut dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin, antara lain: abortus, lahir mati atau cacat berat kongenital (birth defects) yang dikenal sebagai penyakit Congenital Rubella Syndrome (CRS). Rubella juga dapat ditularkan melalui droplet saluran pernapasan saat batuk atau bersin. Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening regional. Dengan percikan cairan seperti air liur atau keringat orang lain.
- Masa Inkubasi Penyakit Rubella
Masa inkubasi penyakit rubela berkisar antara 14–21 hari.
Gejala
Gejala penyakit rubela ditandai dengan:
- Demam ringan (37,2°C) dan bercak merah/rash/ruam makulopapuler (sering terjadi pada ana-anak)
- Pembesaran kelenjar getah bening (limfe) di belakang telinga, leher belakang dan sub occipital.
- Rubela pada wanita dewasa sering menimbulkan arthritis atau arthralgia.
- Dampak Infeksi Rubela
- Dampak infeksi rubela pada wanita hamil, terutama pada kehamilan trimester pertama, dapat mengakibatkan abortus, lahir mati atau bayi lahir dengan CRS
Bentuk kelainan pada CRS:
- Kelainan jantung: Patent Ductus Arteriosus (PDA), Defek Septum Atrial/Atrial Septal Defect (ASD), Defek Septum Ventrikel/Ventricular Septal Defect (VSD), Stenosis Katup Pulmonal/Pulmonary Stenosis (PS)
- Kelainan pada mata: Katarak Kongenital, Glaukoma Kongenital, Pigmentary Retinopathy;
- Kelainan pendengaran: Tuli Sensouri Neural/ Sensouri Neural Hearing Loss (SNHL)
- Kelainan pada sistim saraf pusat: retardasi mental, mikrocephalia dan meningoensefalitis;
- Kelainan lain: purpura, splenomegali, ikterik yang muncul dalam 24 jam setelah lahir, radioluscent bone, serta gangguan pertumbuhan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menunjang diagnosis infeksi virus rubella dan untuk status imunologis. Karena prosedur isolasi virus sangat lama dan mahal serta respon antibodi inang sangat cepat dan spesifik maka pemeriksaan serologis lebih sering dilakukan. Bahan pemeriksaan untuk menentukan adanya infeksi virus rubella dapat diambil dari apusan (swab) tenggorok, darah, urin dan lain-lain. Berikut tabel yang memuat jenis pemeriksaan dan spesimen yang digunakan untuk menentukan infeksi virus rubella.
Secara garis besar, pemeriksaan laboratorik untuk menentukan infeksi virus rubella dibagi menjadi 3 yaitu:
- Isolasi Virus
Virus rubella dapat diisolasi dari sekret hidung, darah, apusan tenggorok, urin, dan cairan serebrospinalis penderita rubella. Virus juga dapat diisolasi dari faring 1 minggu sebelum dan hingga 2 minggu setelah munculnya ruam. Meskipun metode isolasi ini merupakan diagnosis pasti untuk menentukan infeksi rubella, metode ini jarang dilakukan Jurnal Averrous Vol.4 No.1 2018 karena prosedur pemeriksaan yang rumit. Hal ini menyebabkan metode isolasi virus bukan sebagai metode diagnostik rutin. Untuk isolasi secara primer spesimen klinis, sering menggunakan kultur sel yaitu Vero; African green monkey kidney (AGMK) atau dengan RK-13. Virus rubella dapat ditemui dengan adanya Cytophatic effects (CPE).
- Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologis digunakan untuk mendiagnosis infeksi virus rubella kongenital dan pascanatal (sering dikerjakan di anak-anak dan orang dewasa muda) dan untuk menentukan status imunologik terhadap rubella.
Pemeriksaan terhadap wanita hamil yang pernah bersentuhan dengan penderita rubella, memerlukan upaya diagnosis serologis secara tepat dan teliti. Jika penderita memperlihatkan gejala klinis yang semakin memberat, maka harus segera dikerjakan pemeriksaan imunoasai enzim (ELISA) terhadap serum penderita untuk menetukan adanya IgM spesifik-rubella, yang dapat dipastikan dengan memeriksa dengan cara yang sama setelah 5 hari kemudian. Penderita tanpa gejala klinis tetapi terdiagnosis secara serologis merupakan sebuah masalah khusus. Mereka mungkin sedang mengalami infeksi primer atau re-infeksi karena telah mendapatkan vaksinasi dan memiliki antibodi. Pengukuran kadar IgG rubella dengan ELISA juga dapat membantu membedakan infeksi primer dan re-infeksi.
Secara spesifik, ada 5 tujuan pemeriksaan serologis rubella, yaitu:
- Membantu menetapkan diagnosis rubella kongenital. Dalam hal ini dilakukan imunoasai IgM terhadap rubella
- Membantu menetapkan diagnosis rubella akut pada penderita yang dicurigai. Untuk itu perlu dilakukan imunoasai IgM terhadap penderita
- Memeriksa ibu dengan anamnesis ruam “rubellaform” di masa lalu, sebelum dan pada awal kehamilan. Sebab ruam kulit semacam ini, dapat disebabkan oleh berbagai macam virus yang lain
- Memantau ibu hamil yang dicurigai terinfeksi rubella selama kehamilan sebab seringkali ibu tersebut pada awal kehamilannya terpajan virus rubella (misalnya di BKIA dan Puskesmas)
- Mengetahui derajat imunitas seseorang pascavaksinasi.
Adanya antibodi IgG rubella dalam serum penderita menunjukkan bahwa penderita tersebut pernah terinfeksi virus dan mungkin memiliki kekebalan terhadap virus rubella. Penafsiran hasil IgM dan IgG ELISA untuk rubella sebagai uji saring untuk Jurnal Averrous Vol.4 No.1 2018 kehamilan adalah sebagai berikut: sebelum kehamilan, bila positif ada perlindungan (proteksi) dan bila negatif berarti tidak diberikan, kehamilan muda (trimester pertama).
Kadar IgG ≥15 IU/ml, umumnya dianggap dapat melindungi janin terhadap rubella. Setelah vaksinasi; bila positif berarti ada perlindungan dan bila negatif berarti tidak ada.
- Pemeriksaan RNA Virus
Jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mengenali RNA virus rubella antara lain
- Polymerase Chain Reaction (PCR): PCR merupakan teknik yang paling umum digunakan untuk menemukan RNA virus. Di Inggris, PCR digunakan sebagai metode evaluasi rutin untuk menemukan virus rubella dalam spesimen klinis. Penemuan RNA rubella dalam cairan amnion menggunakan RT-PCR mempunyai sensitivitas 87–100%. Amniosintesis seharusnya dilakukan kurang dari 8 minggu setelah onset infeksi dan setelah 15 minggu konsepsi. Uji RT-PCR menggunakan sampel air liur merupakan alternatif pengganti serum yang sering digunakan untuk kepentingan pengawasan (surveillance).
- Reverse Transcription-Loop-Mediated Isothermal Amplification (RT-LAMP) RT- LAMP adalah salah satu jenis pemeriksaan untuk mengenali RNA virus rubella. Dalam sebuah penelitian yang membandingkan sensitivitas antara pemeriksaan RT-LAMP, RT-PCR dan isolasi virus yang dilakukan di Jepang, ternyata didapatkan hasil 77,8% untuk RT-LAMP, 66,7% untuk RT-PCR dan 33,3% untuk isolasi virus. Pemeriksaan RT-LAMP mirip dengan pemeriksaan RT-PCR tetapi hasil pemeriksaan di RT-LAMP dapat diketahui dengan melihat tingkat kekeruhan (turbidity) setelah dilakukan inkubasi di alat turbidimeter.
Pencegahan
- Tindakan pencegahan terbaik adalah vaksinasi sesuai dengan jadwal vaksinasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Vaksinasi MMR pertama berusia 15 bulan dan yang kedua berusia 5 tahun.
- Vaksinasi juga dapat diberikan sebelum bepergian ke daerah endemis rubella dan setidaknya satu bulan sebelum kehamilan.
Rubella dapat dicegah dengan mempraktikkan kebiasaan berikut:
- Menjaga kebersihan diri, yaitu mandi secara teratur dan mencuci tangan dengan sabun.
- Hindari kontak dengan penderita rubella.
- Isolasi penderita rubella di ruangan terpisah dari keluarga mereka.
PENULIS: Vicky Nur Fadila
EDITOR: dr. Aji Wibowo
KOPIEDITOR BAHASA INDONESIA: Chusnul Chotimah
Daftar Pustaka & Referensi :
- Medicalnewstoday. Diakses pada 2022. Rubella (German measles)
- Pedoman. Campak & Rubella 2022
- Fitriany, Julia dan Husna, Yulia. 2018. Sindrom Rubella Kongenital. Bagian ilmu Kesehatan anak, Universitas Malikussaleh: Lhokseumawe